Lihat ke Halaman Asli

Pena ReSuPaG

"Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Pertobatan sebagai Pematangan Kesadaran Moral dan Pembentukan Opsi Fundamental Positif

Diperbarui: 27 November 2021   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pertobatan (sathora.or.id)

Berbicara tentang penderitaan, dosa dan pertobatan tak terpisahkan dari optio fundamental dan kesadaran moral. Pada hakikatnya, tindakan berdosa manusia berstruktur dan bergenesis sejarawi. Wujud dosa adalah kematian optio fundamental manusia secara diam-diam. Dosa berhubungan langsung dengan tindakan individu tertentu. Optio ini akan mati, apabila tidak mendapat "gizi" yang memadai, berupa pandangan dan tindakan positif dalam hidup sehari-hari. Rusaknya hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama akibat dosa menimbulkan penderitaan yang luar biasa dalam diri manusia. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pertobatan. Untuk sampai pada pertobatan, manusia harus menyesali kedosaannya, mengambil langkah untuk berbalik dan akhirnya mengalami pertobatan. Dengan cara ini, pendosa diselamatkan, dibebaskan dari keterasingan dan disatukan kembali dengan Allah dan sesamanya; hubungan yang rusak dipulihkan kembali dan ia perlu berdamai/berrekonsiliasi: Suatu kemauan untuk bersekutu kembali; kembalinya manusia ke dalam tujuannya yang semula; keluar dari keterasingan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam hubungan dengan alam, sesama, dan Allah.

Ajaran iman Gereja Katolik menandaskan tiga keutamaan teologis, diantaranya ialah pengharapan. Dasar keberadaan kita adalah belaskasih dan cinta kasih dari Tuhan. Manusia tidak saja hanya berhenti pada status memperoleh pengampunan dan penghapusan dosa melalui penerimaan sakramen rekonsiliasi, tetapi pertobatan itu harus ditunjukkan melalui perbuatan nyata sehari-hari. Artinya, dimensi sosial pertobatan manusia perlu mendapat perhatian istimewa dalam seluruh panggilan hidup kristiani. Hal ini mengingatkan bahwa dosa itu tidak hanya bersifat personal, juga berdimensi sosial. Maka, makna penerimaan rahmat penebusan dan pengampunan akan lebih terasa dalam perayaan bersama sebagai suatu Gereja, himpunan umat manusia yang hidup dalam pertobatan dan penyempurnaan terus menerus. Sakramen ini secara intrinsic menjadi bagian integral dari seluruh proses pertobatan.

Tobat/rekonsiliasi selalui dikaitkan dengan dosa dan pribadi pendosa. Pendosa yang ingin mengalami rahmat pengampunan dari Allah harus memiliki kemauan yang mendalam dari dirinya melalui jalan pertobatan. Dalam perspektif moral ini, pertobatan mendapat perhatian utama dalam hidup manusia sebagai individu sekaligus makhluk sosial, sebab pertobatan merupakan salah satu syarat pokok yang harus dipenuhi supaya manusia dapat mengubah dan memperbaiki hidupnya dari waktu ke waktu. Dalam proses ini, Gereja Katolik mengangkatnya menjadi sebuah sakramen yakni sakramen rekonsiliasi. Dalam sakramen inilah,  tiap pribadi yang berdosa mengalami kasih Allah yang mencintai dan mengasihi manusia. Rahmat kasih Allah itu membantu manusia untuk mematangkan kesadaran moralnya dan membentuk optio fundamental positif dalam dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline