1. Sederhana dan Rendah Hati
Paus Fransiskus yang terpilih menggantikan Paus Benediktus XVI mempunyai banyak keutamaan dalam hidupnya. Dia adalah sosok yang sederhana dan rendah hati. Sikap sederhana dan rendah hati tampak ketika dia memimpin Gereja Beunos Aires. Kesederhanaannya tampak dalam kehidupan sehari-hari. Dia menggunakan transportasi umum, memasak, mencuci pakaian dan memutuskan untuk tinggal di apartemen daripada di istana keuskupan.
Ketika terpilih menjadi Paus, dia memilih nama Fransiskus. Nama Fransiskus dipilihnya secara spontan, setelah dia tahu bahwa dia mendapat cukup suara untuk menjadi paus dalam konklaf. Pemilihan nama tersebut bermula dari perkataan Kardinal Claudio Hummes, Uskup Agung Emeritus Sao Paulo agar dia tidak melupakan kaum miskin.
Sebelum dinobatkan sebagai paus pertama dari Amerika Latin (non-Eropa) pada zaman modern, dia seharusnya memberikan berkat apostolik pertamanya kepada seluruh Umat Allah di dunia ini. Namun, dia justru meminta kepada umat untuk memberkatinya. Dengan bersikap demikian, dia menunjukkan betapa pentingnya peran kaum awam, umat Allah, dan doa-doa mereka untuk dirinya dan tugas penggembalaan yang diberikan kepadanya.
2. Gembala yang Berbau Domba
Kedekatannya dengan umat juga tampak ketika dia menjadi Uskup Agung Beunos Aires. Dia dikenal sebagai sosok gembala yang populis. Kebiasaan untuk menyapa umat sudah berakar dalam dirinya. Sesaat setelah terpilih menjadi paus, dia berkeliling dengan mobil terbuka sambil melambaikan tangannya di alun-alun St. Petrus yang dipenuhi ratusan ribu orang. Dia turun dari mobil untuk menyalami orang banyak, memeluk, menggendong anak-anak dan bayi, memberkati dan mencium mereka dengan penuh kasih sayang.
Menurut, Alberto Melloni (seorang ahli sejarah Gereja), Paus Fransiskus ingin diperlakukan umatnya sebagai pastor paroki, bapa pengakuan, pembimbing rohani dan gembala umat. Dia memberikan diri bagi umatnya dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana, misalnya: setelah misa, dia turun untuk menyapa umat, mulai dari anak-anak hingga orang tua, yang sehat dan yang sakit serta cacat, laki-laki dan perempuan, serta kaum berjubah maupun awam. Citra dirinya sebagai pastor paroki juga ditunjukkannya ketika memimpin Perayaan Perjamuan Terakhir pada hari Kamis Putih, pada tanggal 28 Maret 2013. Perayaan yang diadakan di sebuah penjara ini dikhususkan untuk kaum remaja, Casal del Marmo, Roma. Dia membasuh kaki dua belas narapidana remaja, dua di antaranya perempuan, sedangkan yang satu beragama Muslim.
Dia juga dijuluki sebagai paus yang suka menggunakan media komunikasi, salah satunya adalah hand phone. Ketika terpilih menjadi paus, dia menyempatkan diri untuk menghubungi secara pribadi agen koran dan tukang sepatu langganannya di Beunos Aires. Dia juga sering menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada imam-imamnya serta menanyakan keadaan paroki serta aneka masalah yang dihadapi. Tindakan yang dilakukannya ini dimaksudkan untuk mempermudah semua orang berjumpa dengannya.
3. Animator Perdamaian Dunia
Paus Fransiskus sangat mencintai kedamaian. Sikapnya ini nyata dalam ketegasannya memperjuangkan aneka persoalan yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam masa kepemimpinannya di Gereja Amerika Latin, dia tiada henti-hentinya melawan kebijakan pemerintahan yang melegalkan perkawinan sejenis. Dia selalu mendorong para imamnya untuk mengadakan perlawanan. Dia mengutuk tindakan kekerasan, perbudakan, kemiskinan terstruktur, dan peperangan di pelbagai belahan dunia. Dia menyerukan perdamaian kepada pihak-pihak yang bertikai dan menentang semua bentuk perlakuan yang tidak adil terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Pada masa junta militer, dia berani mengambil resiko untuk mencari jalan keluar. Dia mengambil jalur diplomasi untuk membebaskan dua iman Jesuit yang ditawan oleh diktator Videla. Semangat ini tetap ditunjukannya ketika dia menjadi paus. Dia mengeluarkan pesan bermakna untuk dunia pada Hari Perdamaian Dunia yang bertajuk "Persaudaraan, sebagai Pondasi dan Jalan Menuju Perdamaian." Dia menanggapi aneka persoalan dunia akibat peperangan dengan ajakan yang tegas untuk menghargai dan menjunjung tinggi martabat manusia sebagai anak-anak Allah. Manusia diciptakan secitra dengan Allah dan dikaruniakan rahmat untuk hidup bersama dengan yang lain. Setiap pribadi bertanggung jawab untuk membangun dunia dengan menciptakan komunitas persaudaraan atas ikatan cinta kasih dan komunitas yang peduli satu terhadap yang lain dengan menghormati perbedaan serta bertindak sebagai penolong bagi yang lain.