Lihat ke Halaman Asli

Rengga Yudha Santoso

Dosen dan Ketua Program Studi S1 PPKn Kampus STKIP PGRI NGANJUK

Etika dan Moralitas: Paradigma Menjaga Kemanusiaan Di Era Singularitas Teknologi

Diperbarui: 1 Juli 2024   17:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semoga yang membaca mendapatkan pengetahuan dan insight lebih. Amin, karena sebagai penulis pastinya ingin konsisten dengan amanah Konstitusi dengan berdialektik melalui material sekitarnya (dari sumber atau penelitian yang relevan), walaupun saat ini mayoritas sudah bukan lagi tren untuk memulai sesuatu dari 2 (dua) komponen itu yaitu Konstitusi dan dialektika. Namun perlu kita ingat kembali bahwa: 

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." - Pramoedya Ananta Toer.

Kita awali dari sebuah data yang mendeskripsikan secara numeric IQ rata-rata masyarakat Indonesia, sebagai berikut:

Saat ini, dimana Era (AI) membawa perubahan signifikan bahkan eksponensial dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Teknologi ini memberikan banyak manfaat, mulai dari efisiensi kerja hingga inovasi dalam bidang kesehatan. Namun, di balik semua keuntungan tersebut, terdapat tantangan besar terkait etika dan moralitas. Artikel yang penulis tulis ini akan membahas pentingnya memiliki paradigma (pandangan) untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan di era singularitas teknologi yang pesat zaman ini.

Kemunculan AI telah memberikan dampak positif dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan (Dermawan et al., 2022). Sebagai contoh, AI dapat mempercepat dan memudahkan proses pembelajaran melalui metode pembelajaran adaptif yang menyesuaikan dengan kebutuhan individual siswa (Afrita, 2023). 

Peran Etika dalam Pengembangan Kecerdasan Buatan

Selain daripada itu, AI juga dapat memberikan rekomendasi personalisasi dan memprediksi perilaku siswa untuk meningkatkan manajemen data (Afrita, 2023). Namun, di sisi lain, juga terdapat part atau bagian kekhawatiran bahwa teknologi ini dapat mengancam perilaku manusia dan mengikis nilai-nilai etika (Mulianingsih et al., 2020).

Penggunaan AI yang tidak tepat dan terkontrol secara bijak juga dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan(Wang, 2021). Hal ini dikarenakan AI dapat memperkuat bias kognitif yang sudah ada, sehingga akan ada situasi benturan antara nilai moral yang kita pegang dan yakini dengan pengambilan keputusan berbasis data (Wang, 2021).

Lebih lanjut, masalah keamanan dan privasi data juga dapat berdampak seumur hidup bagi para pemangku kepentingan (Wang, 2021). Oleh karena itu, para pemimpin di bidang pendidikan perlu mempertimbangkan dengan cermat dalam memanfaatkan potensi AI, serta mengembangkan langkah-langkah untuk meminimalisir risiko negatifnya (Wang, 2021).

Maka dalam hal ini etika memainkan peran penting dalam pengembangan dan penerapan kecerdasan buatan. Tanpa panduan etis yang jelas, AI berpotensi menimbulkan risiko serius, seperti diskriminasi algoritmik dan pelanggaran privasi. Oleh karena itu, pengembangan AI harus selalu mempertimbangkan prinsip-prinsip etika untuk memastikan teknologi ini bermanfaat bagi semua orang. Terkait dengan perkembangan teknologi yang pesat, khususnya AI, beberapa ahli memprediksi adanya fenomena "singularitas teknologi".

Singularitas teknologi merupakan titik balik ketika kemajuan teknologi menjadi tak terkendali dan mengubah pondasi peradaban manusia secara radikal(Wardani et al., 2022). Prediksi mengenai singularitas teknologi pada tahun 2045 memberikan urgensi bagi dunia pendidikan untuk segera mempersiapkan generasi muda Indonesia dalam menghadapi perubahan yang signifikan dan transformatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline