Lihat ke Halaman Asli

Fauzi Bowo Selalu Welcome

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13464654581712096485

[caption id="attachment_209898" align="aligncenter" width="581" caption="FB Penyambut Pemudik Stasiun Pasar Senen Jakarta | sumber by foto inilah com"][/caption] Jakarta sudah menjadi incaran banyak orang yang ingin mengadu nasib, bahkan dari tahun ke tahun jumlah angka pendatang baru selalu ada. Seperti yang di kisahkan oleh Nurmi salah satu pendatang dari daerah, dia di ajak oleh kakak sepupunya untuk mencoba nyari nafkah di Jakarta. Dengan bermodalkan keahlian menjahit dan berijasah SMU Nurmi tidak terlalu cemas menghadapi ganasnya ibu kota. Seminggu sudah Nurmi berada di Jakarta, namun pekerjaan belum ia dapatkan juga, berkat kesabaran dan rajin berdoa serta berusaha melamar dari satu Perusahaan ke Perusahaan lain, dia pun mendapat tawaran untuk bekerja di konfeksi. Dengan perbekalan yang minim dia selalu mengencangkan ikat pinggang untuk sehari-harinya, untuk makan siang dia selalu bekal nasi dengan rebus telor tanpa bumbu, jangankan buat jajan untuk transport saja dia mengandalkan kedua kakinya alias jalan kaki untuk sampai di tempat kerjaan. Gaji yang tidak seimbang membuat Nurmi sedikit patah arang, namun dorongan dari kakak sepupunya yang selalu mengingatkan bahwa hidup itu perjuangan dan di butuhkan kesabaran apalagi hidup di kota besar seperti Jakarta. Seharusnya kita harus bersyukur karena masih bisa dapat pekerjaan dan tempat yang layak. Kerja apa saja dulu asalkan halal dan jangan lupa terus berdo’a biar dapat pekerjaan yang lebih baik. Kata-kata itu lah yang sering Nurmi simpan dalam otaknya, setiap hari dia berdo’a memohon petunjuk, Alhamdulillah berkat perjuangan dan kerja kerasnya Nurmi di terima di salah satu RS terbesar di Jakarta dengan jabatan asisten perawat. Perjuangan Nurmi yang ingin mengadu nasib di kota besar seperti Jakarta ternyata membuahkan hasil. Mungkin dengan perjuangan Nurmi ini semoga bisa menjadi contoh bagi para kaum urban yang ingin mengadu nasib di Jakarta. Jangan sampai kita tidak membawa perbekalan keahlian di kota yang kita tuju, persiapkan juga mental dan harus menerima resiko yang kita hadapi, karena hidup di Jakarta sangat kompleks permasalahannya. Meskipun sekarang terjadi penurunan angka urbanisasi, namun pemprov DKI terus melakukan sosialisasi untuk menurunkan angka tersebut. Pak Fauzi Bowo tidak melarang bagi yang ingin mengadu nasib di Jakarta, asalkan mempelajari dan mematuhi peraturan kependudukan dan pencatatan sipil di Jakarta dan Pendatang baru yang memenuhi persyaratan tidak akan mendapat halangan untuk datang ke Jakarta. Sebaliknya, apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut akan dikenai sanksi kependudukan. Sumber Hal ini menurut saya cukup baik, karena ini juga buat kebaikan untuk semua dengan hal itu diharapkan bisa mengurangi jumlah kemiskinan, pengangguran,pengemis dan gelandangan yang mewarnai Jakarta. Kalau sudah begini yang di salahkan siapa?? Dan yang berbuat siapa?? Ujung-ujungnya pemerintah juga yang disalahkan. Untuk itu Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menghimbau kepada masyarakat khususnya kepada pendatang agar bisa mempersiapkan dengan membekali diri dengan keahlian untuk mempermudah mencari pekerjaan. Hal ini tentu sangat positif bukan?? Dengan hal ini sangat membantu untuk mengurangi jumlah kejahatan dan kepadatan penduduk di ibu kota. Dengan adanya himbauan ini, pemrov DKI tidak melarang urbanisasi di Jakarta, akan tetapi harus sesuai dengan prosedur yang telah pemprov DKI terapkan. Sebelum kita memutuskan untuk urbanisasi ke kota besar, ada baiknya kita juga harus berpikir panjang, jika kita tidak memiliki keahlian, apa yang kita bisa kerjakan di Jakarta?? Kalaupun hanya untuk mengemis dan menjadi gelandangan tentu itu tidak baik, karena dalam agama pun dilarang untuk mengemis, bagaimanapun tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline