Lihat ke Halaman Asli

Menyoal Fear of Missing Out dan Pengaruhnya kepada Mahasiswa

Diperbarui: 1 Februari 2024   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Setiap mahasiswa pastinya ingin lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun, perjalanan menuju pencapaian itu penuh dengan tantangan yang memerlukan pengorbanan besar. Dalam perjalanan menuju kelulusan mahasiswa menemui banyak kesulitan.

Misalnya sulit dalam menyelesaikan proyek di setiap semesternya, bingung dalam menyelesaikan masalah yang ada di setiap tugas yang diberikan, banyaknya godaan-godaan untuk menunda pekerjaan seperti hura-hura Ketika sudah saatnya pengumpulan tugas, ia tidak mengumpulkan karena terlambat dan akhirnya mengulang mata kuliah. Hal ini pula yang dapat menyebabkan kecemasan pada mahasiswa meningkat.

Bagi mahasiswa khususnya mahasiswa, proyek berperan penting dalam menambah pengalaman, melatih kemampuan dan kualitas diri, melatih untuk berpikir kritis, rasa tanggung jawab, serta salah satu sara untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan.

Akan tetapi, pengerjaan proyek justru menjadi salah satu penyebab meningkatnya perasaan FoMO (Fear of Missing Out) pada mahasiswa di setiap semesternya. Maka dari itu, tulisan ini akan membahas seputar penyebab dan pengaruh rasa Fear of Missing Out pada mahasiswa dan cara menghadapi perasaan tersebut dengan cara yang positif.

Fear of Missing Out dapat diartikan sebagai fenomena di mana seorang individu merasa takut dan cemas ketika orang lain mengalami pengalaman berharga namun individu tersebut tidak terlibat secara langsung di dalamnya (Amadea et al., 2023).

FoMO juga dapat dievaluasi sebagai suatu sifat dan memiliki kemungkinan berasal dari akar saraf dalam sistem otak (Husna & Mada, 2023). Perasaan FoMO tersebut akan membuat penderitanya membandingkan pencapaian dirinya dengan individu lain dikarenakan merasa tertinggal.

Ini sangat berbahaya jika dorongan tersebut tidak dilandasi dengan logika dan usaha yang masuk akal, maka apa pun akan dilakukan untuk menjadi atau mendapatkan apa yang dilihatnya. (https://id.theasianparent.com/fomo-pada-remaja)

Perasaan FoMO juga dapat disebabkan oleh konstruksi diri yang bersifat independen atau menganggap orang lain merupakan bagian dari dirinya, sehingga membuat dirinya ingin terus terhubung dengan orang tersebut dan bertanya-tanya tentang apa yang orang tersebut sedang lakukan. FoMO juga dapat dipengaruhi oleh faktor seperti informasi di media sosial, usia, topik yang disebarkan, dan lingkungan.

Informasi di media sosial yang berhubungan dengan kehidupan mahasiswa dapat memicu terjadinya perasaan FoMO. Seperti melihat kabar terbaru dan pencapaian, rasa bahagia orang lain yang dia lihat di media sosial dapat menumbuhkan rasa iri dan cemas akan terus menerus berpikir bahwa dia mungkin akan melewatkan hal yang penting.

Kebutuhan dan dorongan yang muncul akibat FoMO dalam mempertahankan komunikasi dapat terpenuhi melalu media sosial. Tersedianya informasi dari media sosial memungkinkan individu untuk mengetahui peristiwa apa saja yang dilakukan orang lain sepanjang waktu. (Aisafitri & Yusriyah, 2021)

Adapun salah satu pengaruh dari perasaan FoMO adalah kecemasan. Maka hal inilah yang menggambarkan maksud dari respons yang berhubungan dengan mental atau fisik di mana hal tersebut dapat mengancam atau menekan dirinya dan dipaksa untuk melakukan sesuatu di luar kendali kemampuannya (Nagari et al., 2023).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline