Lihat ke Halaman Asli

Rendy Ariyanto

Menulis untuk mengerti

Tensi Geopolitik Rusia dan Ukraina: Apa yang akan Dirasakan Indonesia?

Diperbarui: 22 Februari 2022   09:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: reuters.com

Sejarah Tensi Geopolitik Antara Rusia dan Ukraina

Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina menarik untuk diperhatikan. Bukan hanya informasi sejarah penting tentang beberapa negara di Eropa Timur, tetapi juga mengenai dampaknya terhadap ekonomi negara lain, khususnya Indonesia. Semua bermula ketika Rusia menginvasi Ukraina di tahun 2014 yang menyebabkan Crimea akhirnya berintegrasi dengan Rusia pada 21 Maret 2014 setelah ratifikasi perjanjian oleh parlemen Rusia. 

Alasan Rusia menginvasi Ukraina adalah letak geopolitik yang dimiliki oleh Ukraina sangat strategis untuk memperluas pengaruh ke Eropa Timur. Salah satu faktor yang membuat Ukraina memiliki letak geopolitik yang strategis adalah Ukraina dapat bergabung dengan North Atlantic Treaty Organization (NATO). Apabila bergabung dengan NATO, dalam perjanjian NATO disebutkan bahwa apabila ada serangan pada salah satu atau lebih negara NATO, maka akan dianggap menyerang seluruh negara yang menjadi member dari NATO. Member NATO sampai saat ini  berjumlah 30 negara, termasuk Perancis, Jerman, Itali, Inggris, dan Amerika Serikat.

Namun, sampai saat ini maupun dalam waktu dekat Ukraina kemungkinan besar belum akan bergabung dengan NATO. Fakta tersebut yang sedang dimanfaatkan oleh Rusia untuk menginvasi Ukraina. Rusia mengganggap invasi Ukraina adalah sebagai bentuk penjagaan keamanan nasional. 


Bagaimana Tensi Geopolitik Rusia-Ukraina Mempengaruhi Ekonomi Negara Lain

Tensi yang terjadi antara Rusia dan Ukraina politik tersebut berpengaruh terhadap harga minyak. Hal ini karena Rusia merupakan salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia dan salah satu anggota OPEC+. Dengan adanya invasi ini, dikhawatirkan pasokan suplai minyak menjadi terganggu, sehingga harga akan terkerek naik. Sesuai dengan teori ekonomi, ketika suplai terganggu kurva akan bergeser ke kiri dan menyebabkan harga turun sedangkan kuantitas suplai menjadi menurun dengan asumsi kurva permintaan tetap.

Harga acuan minyak terdiri dari dua jenis, yaitu harga kontrak berjangka minyak mentah jenis Brent yang menjadi acuan Eropa dan harga kontrak minyak mentah acuan Amerika Serikat jenis West Texas Intermediate (WTI). Jika diliat harganya, harga minyak jenis Brent per Jumat 11 Februari 2022 harga minyak jenis Brent menguat 3,31% ke level US$ 94,4/barel. Sedangkan harga minyak jenis WTI juga mengalami hal yang sama, meningkat 3,58% ke level US$ 93,1/barel. Kedua harga acuan tersebut menyentuh level tertinggi sejak akhir 2014. Kondisi ini tercermin dalam grafik dibawah dimana harga minyak jenis Brent dan WTI terus beranjak naik seiring memanasnya tensi Rusia-Ukraina.

Sumber: fred.stlouisfed.org, diolah.

Kenaikan harga minyak ini akan memperparah masalah inflasi yang tengah dialami negara-negara di dunia, terutama negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Uni-Eropa. Amerika Serikat pada tanggal 10 Februari 2022 merilis data inflasi Januari 2022 dengan nilai 7,5%. Angka tersebut merupakan inflasi tertinggi sejak 1982 dan melampaui ekspektasi pasar sebesar 7,2%. Tidak lama berselang, Inggris juga merilis inflasi Januari 2022 sebesar 5,5%. Angka inflasi Inggris tersebut juga menjadi inflasi tertinggi sejak Maret 1922. Para investor luar negeri yang semula mempunyai ekspektasi bahwa ada tiga hingga empat kali kenaikan suku bunga acuan AS, kini mulai berekspektasi bahwa akan ada kenaikan suku bunga acuan sampai tujuh kali dalam setahun untuk mengendalikan inflasi yang cukup tinggi. Kenaikan suku bunga acuan pertama rencananya akan dilakukan oleh AS di bulan Maret 2022.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline