Angin terasa sedikit berubah, ada kesejukan yang tiba-tiba muncul, menyela kehangatan yang tadi melingkupi. Abdi membuka kedua mata, tubuhnya seakan-akan ingin sekali bergerak. Sejenak terbesit keinginan untuk berjalan dan merenggangkan otot, ia teringat kalau tadi bersama dengan Imam Hassan. Dilihatnya ke samping terlihat onggokan akar yang mencuat keluar dari tanah, ternyata pohon yang disandarinya cukup besar. Sedikit panik, ia segera berdiri dan melihat ke arah balik pohon. Tampak agak jauh darinya beberapa orang sedang berdiri dan bercakap-cakap, salah seorang terlihat tua namun sangat kekar dan ceria. Perasaan lega segera menghinggapinya, ia berjalan dengan sedikit berlari ke arah Imam Hassan dan beberapa orang yang sepertinya membawa banyak sekali peralatan, beberapa diantaranya dikenali Abdi.
"Layang-layang..." kata-kata keluar dari mulutnya.
Imam Hassan segera menoleh ke arah Abdi dan tersenyum,
"Ah, iya, aku datang bersama dengan seorang rekan, namanya Abdi," orang-orang yang berada di sekitar Imam Hassan menoleh kepadanya.
"Hmm.. sepertinya sudah Ashar, bagaimana kalau kita sholat berjamaah dulu sebelum kalian memulai menerbangkan layang-layang dan alat itu ?" tanya Imam Hassan.
"Ah, iya, baik Imam Hassan, kami juga berencana melaksanakan sholat di atas bukit ini," jawab salah seorang dari mereka
"Kalau begitu..." Imam Hassan memegang pundak Abdi yang baru sampai ke tempatnya berdiri.
"Kau lantunkan Adzan dan Iqamah.. tidak ada air.. tayammum saya rasa?" Imam Hassan menoleh kembali ke arah rombongan yang dibalas dengan anggukan.
"Baiklah, hmm.. ada sesuatu yang bersihkah untuk bisa dijadikan sajadah?"
"Ah, kami membawa kain yang cukup besar kok, bisa kita jadikan sajadah, eh, bahannya cukup kuat," ujar salah seorang dari mereka.