Lihat ke Halaman Asli

Rendy Artha Luvian

TERVERIFIKASI

Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Catatan Abdi Dalem (Bagian 16, Nusa) - Ubah Haluan

Diperbarui: 28 Maret 2024   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            Suara kokok ayam yang bersahutan membangunkan beberapa orang di tenda dekat karang. Agak dingin di luar, terasa dari udara yang masuk ke dalam tenda melalui celah-celah sempit yang tidak tertutup rapat. Abdi berusaha menaikkan selimut, namun setiap kali ia menariknya ke atas untuk menutup leher, bagian bawah kakinya terbuka. Di samping kanan terlihat gerakan sama dari prajurit Mataram yang ternyata mengigau, "mataram siap...hmm..." tangannya terkepal ke atas.

            Abdi langsung teringat orasi Raden Eru sebelum beliau berangkat ba'da isya kemarin malam, pastilah prajurit ini mengingatnya dalam mimpi. Tak bisa kembali tidur, ia pun memutuskan untuk keluar tenda.

            Masih gelap, agak dingin memang. Abdi memutuskan membawa tasnya dan menuju Mushola untuk bersiap sholat subuh. Amat jarang Abdi terlambat, kebiasaan yang sudah dilatih lama semenjak mereka mulai bekerja di kraton. Sholat subuh tepat pada waktunya adalah salah satu program yang harus dijalankan di sana. Beberapa langkah setelah meninggalkan tenda ia teringat rekan yang selalu menemani ketika berangkat Subuh. Dalem ternyata menghilang dan Abdi belum bertemu dengannya semenjak ia tertidur di mushola. Setelah sholat berjamaah kemarin para prajurit mempersiapkan kapal dan mengangkut barang bawaan yang diperlukan. Total tujuh buah kapal yang berangkat, sisanya sepuluh kapal tinggal di Nusa untuk kemudian langsung kembali ke Pelabuhan Demak sambil mengangkut kuda dari Nusa.

            Setengah perjalanan ke mushola, Abdi baru menyadari ternyata bukan hanya dirinya yang terbangun, tampak dari beberapa tenda keluar pula para prajurit Mataram-Parahiyangan yang, meskipun dingin beberapa dari mereka tidak mengenakan pakaian atas. Memang berbeda sekali antara prajurit dan orang biasa seperti dirinya begitu pikir Abdi. Meskipun, rekannya Dalem kuat jika tidak memakai baju di pagi hari, karena memang badannya yang gemuk dan gempal dapat membantunya menahan rasa dingin.

            Sesampainya di mushola yang paling dekat dengan tenda, ia melihat sejenak ke arah karang tempat dua siluet kapal terlihat, satu dari Pattani, satu lagi dari Malaka. Lama matanya memandang ke arah kedua kapal ini dan setelah sadar dari lamunannya tiba-tiba Abdi mendengar Adzan dikumandangkan, cukup keras, dari mushola di belakang.

            Seusai sholat subuh, Abdi yang berada di shaf terdepan menunggu beberapa orang dari shaf di belakangnya selesai berdzikir kemudian keluar mushola. Harus bergantian memang, karena ternyata meskipun pada gelombang pertama tidak begitu penuh, gelombang kedua sudah menanti dan jumlahnya lebih banyak. Ketika keluar pintu mushola dilihatlah sosok gemuk dan gempal yang sangat dikenalnya, sedang menunggu bersama yang lain untuk memasuki mushola.

            "Lem! Dalem! Weh, dari mana saja kamu?"

            Agak terkejut, Dalem yang sangat mengenali suara itu segera menoleh dan tersenyum lebar,

"Abdi! Ketiduran kemarin aku Di, di sini!" tunjuknya semangat ke mushola di depan.

            Orang-orang memperhatikan mereka berdua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline