Lihat ke Halaman Asli

Rendy Artha Luvian

TERVERIFIKASI

Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Yang Muda yang Jadi Ca(wa)pres, Simbol Keinginan Rakyat untuk Perubahan

Diperbarui: 25 Oktober 2023   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pemimpin muda | Ilustrasi: freepik.com

Bung Karno pada suatu waktu pernah berkata "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". 

Saat Bung Karno mengatakan hal tersebut, tentu langsung terngiang di benak kita akan kekuatan dan potensi para pemuda. Para pemuda selalu berada di balik perubahan-perubahan besar di dunia, terutama di waktu-waktu revolusi harus bergerak maju merubah sistem dan tatanan lama yang salah namun tetap betah berkuasa serta enggan untuk digoyang dan digantikan.

Rakyat Indonesia sendiri sudah lama merindukan perubahan. Dalam catatan sejarah pun para mahasiswa berperan vital pada pergantian kekuasaan di masa peralihan orde lama ke orde baru dan awal era reformasi yang telah lalu. Reformasi, yang kini membawa banyak perubahan bagi kehidupan bangsa dan negara. 

Tak hanya dari sisi ekonomi yang berubah, tapi juga politik dan bahkan cara kita beragama yang lebih bebas meski sempat tergerus isu terorisme. 

Namun, kini genderang perubahan itu terasa kembali harus ditabuh. Naiknya jumlah kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme selama 10 tahun belakangan diiringi dengan semakin melemahnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sangat mendukung kondisi ini yang diperparah dengan catatan merah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI).

Kasus polisi tembak polisi dan berbagai kasus lainnya yang melibatkan oknum-oknum di dalam tubuh organisasi pengaman utama masyarakat ini turut andil menurunkan rasa percaya rakyat kepada para pemangku kepentingan. 

Belum lagi berbagai kasus yang menjerat mereka-mereka yang berada di tataran eksekutif, yudikatif dan legislatif beserta keluarganya yang juga kadang berulah. 

Kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat akan semakin menambah lantang suara dentuman gendang perubahan yang harus segera dilakukan. 

Oleh karena itu event Pemilu 2024 mendatang secara tidak disadari memberikan harapan bagi rakyat Indonesia untuk mendapatkan perubahan yang mereka inginkan.  

Secara hitung-hitungan politik, alasan Prabowo mengusung Gibran sebagai cawapresnya tentu untuk alasan suara. Usia yang tak muda lagi bila dibandingkan capres yang lainnya bisa juga menjadi alasan lain mengapa Prabowo memilih putra sulung Presiden petahana saat ini untuk menjadi pasangannya pada pemilu 2024 mendatang. Pertanyaannya, apakah Prabowo benar-benar melihat Gibran sebagai simbol dari harapan rakyat akan perubahan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline