Lihat ke Halaman Asli

Rendy Artha Luvian

TERVERIFIKASI

Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Tahun Terburuk bagi Kualitas Udara Ibu Kota

Diperbarui: 4 Oktober 2023   14:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: freepik.com

Di awal September yang lalu pengalaman buruk terulang kembali. Penyakit alergi anak saya tiba-tiba saja bertambah parah, seluruh tubuhnya gatal-gatal. Buntul-buntul seperti biduran muncul di permukaan kulit hampir merata di seluruh tubuhnya. Bagian di belakang siku dan lutut turut menghitam, hal yang berlangsung hampir sebulan ini. Pada puncaknya, ia ketularan batuk pilek dari teman-teman sekelasnya yang juga pada akhirnya banyak yang tidak masuk sekolah karena sakit. Asmanya pun kambuh lagi, nafasnya sempat hingga lebih dari 50 kali dalam semenit, ketika oksigennya diukur pun berkurang cukup signifikan.

Untung, di rumah kami sudah sedia tabung oksigen dan tentu saja nebulizer, jika sewaktu-waktu asma anak kambuh dan menjadi cukup parah. Hal yang sangat mengagetkan, terutama karena sebenarnya dia sedang menjalani tahap akhir terapi untuk asmanya.

Selain konsumsi rutin obat-obatan dari dokter, ia juga rajin berolahraga renang, namun harus terhenti karena kulitnya tak boleh sering-sering terkena percikan air, hal yang bisa menambah parah penyakit gatalnya.

Membaca berita di berbagai media ternyata memberikan fakta yang cukup mencengangkan, banyak anak-anak yang sakit. Dahulu, mungkin waktu-waktu ini adalah masa yang dinamakan dengan 'musim pancaroba' yang berakhir kala hujan lebat tiba. Hal yang biasa menyebabkan penyakit bagi anak-anak.

Namun demikian, ada fakta lain yang tak kalah berbahayanya, yakni kondisi kualitas udara, terutama di puncak musim kemarau ini, yang sangat buruk khususnya di ibukota.

Data dari BMKG

Bekerja sebagai pegawai BMKG bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara, saya iseng-iseng mengolah data kualitas udara untuk melihat seberapa parah memburuknya kualitas udara di puncak musim kemarau tahun 2023 ini.

Ternyata hasilnya cukup mengagetkan, dari data yang dikumpulkan selama enam tahun di stasiun Kemayoran Jakarta Pusat, kualitas udara di bulan Agustus tahun 2023 ini adalah yang terburuk selama rentang waktu tahun 2018 hingga 2023.

Rata-rata konsentrasi PM 2,5 sebagai zat pencemar utama berada di posisi 59,69 g/m3 pada Bulan Agustus 2023. Nilai ini sudah masuk kategori tidak sehat dan bisa jadi berbahaya bagi mereka yang sensitif terhadap kualitas udara di ruang terbuka, khususnya anak-anak.

Nilai kelembaban pun tinggi, hal yang justru semakin menambah runyam, karena kelembaban udara yang tinggi, meskipun terdengar paradoks, sebenarnya memperparah kondisi. Pada musim kemarau yang lembab, polutan sulit untuk berpindah secara vertikal ke atas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline