"Gurkha, menerbangkan vimana yang cepat dan kuat, lalu melontarkan satu proyektil yang diisi dengan kekuatan alam semesta. Sebuah kolom pijar asap dan api, seterang sepuluh ribu matahari, naik dengan segala kemegahannya. Itu adalah senjata yang tidak dikenal, sebuah petir besi, pembawa pesan kematian raksasa, yang mereduksi seluruh ras Vrishnis dan Andhaka menjadi abu. Mayat-mayat itu terbakar hingga tidak dapat dikenali. Rambut dan kuku rontok; tembikar pecah tanpa sebab yang jelas, dan burung-burung memutih. ... Setelah beberapa jam, semua bahan makanan terinfeksi... ... Untuk menyelamatkan diri dari kebakaran ini, para prajurit menceburkan diri ke sungai untuk mencuci diri dan peralatan mereka." - Mahabharata.
Kutipan di atas diambil dari kisah Mahabharata yang terkenal di dalam Baghavad Gita. Lalu Oppenheimer, yang memang mempelajari bahasa sansekerta dan menyukai literatur-literatur Hindu kuno, mengucapkan kata-katanya yang selalu dikenang, "Sekarang aku menjadi kematian, penghancur dunia."
Wah, lebih seru sebenarnya jika kita membahas hal ini setelah para pembaca sekalian mempelajari lebih jauh tentang peradaban sebelum banjir besar. Bukankah di Al-Quran telah tercatat pertanyaan malaikat yang terkenal, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." SQ. Al-Baqarah: 30.
Nabi Adam Alaihissalam diturunkan ke bumi, sebagai raksasa, menurut penduduknya kala itu. Menjadi Khalifah Allah SWT di tengah-tengah manusia yang sebelumnya berbuat kerusakan dan menumpahkan darah. Hanya ada satu penjelasan dari 'berbuat kerusakan dan menumpahkan darah', yakni perang. Perang dunia pertama dan kedua memberikan kita gambaran betapa dahsyatnya kerusakan yang bisa disebabkan oleh manusia. Setidaknya 8,5 juta tentara dan 13 juta warga sipil tewas selama Perang Dunia 1. Lalu perang dunia kedua yang pada bagian akhirnya ditandai dengan hancurnya dua kota di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki oleh ledakan nuklir. Hal yang tertulis, tidak secara kebetulan, di dalam kisah perang besar, Maha-baratha (besar-perang) di atas. Bahkan, dampak radiasinya pun dijelaskan secara detail, rambut dan kuku rontok, makanan terinfeksi, dan burung-burung memutih akibat panas yang luar biasa.
Ikuti dulu kisah berikut tentang hasil temuan para arkeolog dan ilmuwan yang menemukan kejanggalan dan bekas-bekas penggunaan nuklit di masa lalu.
Sekitar tahun 1900, arkeolog di daerah penggalian Mohenjo-daro India (kini termasuk wilayah Pakistan) menemukan sebuah situs kota kuno India berusia ribuan tahun. Di dalam kota kuno itu, para penduduknya hidup di dalam sebuah masyarakat dengan peradaban tinggi. Namun, kota kecil nan makmur ini, lenyap dalam satu malam, semua penduduknya juga tewas dalam sekejap.
Para arkeolog mencoba memberi penjelasan dengan cara bagaimana kota kuno itu musnah? Jika kota tersebut pernah dilanda banjir bandang, gempa bumi, dan bencana lainnya, maka akan ditemukan jazad makhluk hidup dalam jumlah besar, akan tetapi hal itu tidak dijumpai. Bersamaan itu, mereka juga tidak menemukan bekas pemusnahan lewat genosida ataupun perang. Yang lebih menakjubkan lagi ialah, di dalam kota pada ribuan tahun silam itu, pernah mengalami semacam ledakan super hebat. Selain itu, ledakan itu sepertinya berlangsung singkat dengan kekuatan luar biasa yang telah mengakibatkan kota dan sebagian besar penduduk berubah menjadi abu.
Menurut laporan, ilmuwan D. Port dan Vincent T., beranggapan: "Kota ini dimusnahkan dengan sekali ledakan nuklir." Karena di dalam lapisan tanah telah ditemukan kandungan tanah liat dan kristal hijau, mereka memperkirakan hal itu merupakan bukti sisa endapan yang telah mengalami pemanasan tinggi. Sedangkan para arkeolog lainnya juga menemukan, bukti sisa kerangka yang ditinggalkan di kota kuno India berusia ribuan tahun itu, pada saat itu, sebagian bangunan kota meleleh oleh suhu yang teramat tinggi, dan suhu tersebut tidak lebih rendah daripada 1.500C. Di pusat suhu tinggi tersebut mereka juga menemukan, seluruh bangunan telah meleleh dan rata dengan tanah. Namun, kerusakan yang dialami pinggiran kota relatif lebih kecil. Bersamaan itu juga ditemukan, di dalam sisa puluhan kerangka manusia dan hewan satu-satunya yang ditemukan di kota tersebut, radiasi telah melewati 50 kali lipat standar pada umumnya.
Bagaiamana? Sudah bisa memberikan gambaran mengenai dahsyatnya zaman Nabi Nuh, sebelum banjir besar?
Tepat saat tulisan ini dibuat yakni tanggal 6 Agustus, dunia kembali diingatkan akan momen kelam dalam sejarah perang dunia. Hari yang mengubah segalanya dan membawa dampak mendalam bagi umat manusia. Pada tahun 1945, Amerika Serikat mengguncang bumi dengan aksi yang kontroversial dan mengerikan: pengeboman atom di kota Hiroshima, Jepang. Pesawat B-29 Enola Gay adalah dalang di balik aksi ini, yang sejak saat itu menyandang beban berat di hati banyak orang.