Hari ini, tepat pada tanggal 17 Juli, dunia merayakan Hari Emoji Sedunia. Mungkin bagi sebagian orang, peringatan ini terasa agak aneh. Mengapa ada hari khusus untuk menghormati ikon-ikon kecil yang tersebar di berbagai platform digital? Apa arti sebenarnya dari emoji, selain sekadar gambar lucu yang kita kirim dalam pesan teks atau media sosial?
Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita pahami bahwa Hari Emoji Sedunia bukanlah sekadar perayaan yang tidak bermakna. Sebaliknya, hal ini mencerminkan obsesi kolektif kita terhadap ikon-ikon grafis yang telah merajai komunikasi digital kita. Jika kita berhenti sejenak dan memperhatikan, emoji telah menyusup ke dalam bahasa sehari-hari kita, mengubah cara kita berkomunikasi secara fundamental.
Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa emoji begitu penting dan relevan? Mengapa kita merasa perlu menghormati hal tersebut dengan memberikan satu hari dalam setahun yang didedikasikan secara eksklusif untuk sesuatu bernama emoji? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat lebih dalam dan melibatkan para ahli psikologi serta peneliti.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mulai menggali potensi psikologis emoji dalam komunikasi manusia. Mereka telah menemukan bahwa penggunaan emoji tidak hanya sekadar hiburan atau sekadar alat untuk menyampaikan ekspresi emosi. Sebaliknya, emoji memainkan peran penting dalam memfasilitasi komunikasi interpersonal, menyampaikan nuanasa emosi yang seringkali sulit diekspresikan melalui kata-kata.
Satu hal yang menarik adalah kemampuan emoji untuk membangkitkan emosi dan menghasilkan respon emosional dari penerima pesan. Ini berarti emoji mampu menciptakan konektivitas emosional antara pengirim dan penerima. Sebuah studi oleh Profesor Aleksi Aaltonen dari Universitas Warwick menemukan bahwa emoji dapat memicu respons emosional yang kuat, bahkan lebih kuat daripada kata-kata tertulis biasa.
Namun, peran emoji dalam komunikasi tidak berhenti di situ. Mereka juga berfungsi sebagai alat pemersatu budaya. Dalam era globalisasi ini, bahasa menjadi penghalang komunikasi antarbudaya. Namun, emoji mampu melampaui batasan bahasa dengan menyampaikan makna yang lebih universal. Misalnya, emoji tertawa dengan air mata, telah menjadi simbol global keceriaan dan tawa.
Kemudian, tentu saja, ada keaslian emoji. Jutaan pengguna di seluruh dunia menggunakan ikon-ikon ini untuk mengungkapkan diri mereka dengan cara yang unik. Masing-masing emoji memiliki makna dan konotasi yang berbeda-beda, dan ini memberikan ruang bagi individu untuk mengekspresikan kepribadian mereka melalui komunikasi digital. Oleh karena itu, emoji telah menjadi alat ekspresi diri yang populer, terutama di kalangan generasi muda.
Salah satu kekuatan besar emoji adalah kemampuannya untuk membantu orang yang terkendala bahasa atau mengalami kesulitan dalam berkomunikasi verbal. Bagi mereka yang bahasa ibu mereka bukan bahasa umum yang digunakan dalam lingkungan sosial, emoji memberikan cara yang mudah dan intuitif untuk menyampaikan emosi dan pesan mereka.
Emoji memotong batasan bahasa dan budaya, sehingga orang dari latar belakang yang berbeda dapat berkomunikasi dengan lebih efektif. Mereka menyediakan gambar visual yang dapat dengan cepat dipahami oleh siapa pun, tanpa memerlukan pemahaman yang mendalam tentang bahasa tertentu.
Selain itu, emoji juga memberikan alat ekspresi yang lebih kaya daripada hanya menggunakan kata-kata. Mereka menambahkan dimensi emosional ke dalam pesan, memungkinkan pengirim untuk menyampaikan nuansa dan perasaan dengan cara yang lebih baik. Misalnya, penggunaan emoji senyum atau hati dapat dengan cepat menyampaikan pesan positif atau kasih sayang tanpa perlu panjang lebar menjelaskan dengan kata-kata.