Lihat ke Halaman Asli

Rendy Artha Luvian

TERVERIFIKASI

Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Introspeksi Ibadah Pasca Ramadhan

Diperbarui: 30 April 2023   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Ramadhan usai, apakah masih rajin dan taat seperti kala berpuasa? ilustrasi: freepik.com 

Saat Ramadhan adalah waktu beribadah sebaik-baiknya dengan terus mengingat Allah SWT di setiap waktu. Mulai setelah sahur dilanjutkan sholat subuh, tadarus, hingga sholat dhuha. Waktu bekerja juga diisi dengan niat beribadah mencari rezeki hingga dzuhur tiba. Istirahat pun terasa berwarna dengan selingan bacaan Al-Qur'an. Tidur yang terhitung ibadah hingga sholat Ashar tiba, disusul kemudian dengan menyiapkan buka. 

Seluruh doa yang dipanjatkan dihayati dan dikhususkan. Ibadah malam setelah sholat Isya' ditambah tarawih menjadikan malam-malam hari menjadi lebih hidup setiap harinya. 

Itu baru contoh saja, masih banyak amalan lain yang nyatanya bisa kita kerjakan pada saat Ramadahan tiba. Namun, apakah hanya pada saat ramadhan saja ibadah-ibadah itu bisa kita laksanakan. 

Kenyataannya iya, bagi sebagian besar dari kita ibadah-ibadah itu hanya berlaku pada saat bulan puasa saja, tidak demikian halnya di bulan-bulan lain setelah ramadhan. 

Kesibukan bekerja acap kali menjadi alasan, meskipun sebetulnya waktu berjalan sama dan kesibukan tak pernah berakhir seberapa keras pun kita berusaha menyelesaikannya dengan cepat. Waktu-waktu kosong dan luang lebih banyak dihabiskan untuk menatap layar HP dan Laptop. Konten sosial media menjadi yang utama, hal-hal yang membawa kesia-siaan bukan lagi huruf-huruf indah dari kitab suci. 

Lantas apa gunanya kita bersusah payah mengerjakan amalan di bulan Ramadhan yang lalu? Apakah hanya demi kebiasaan dan tradisi? Sholat berjamaah hanya saat tarawih saja? Bagaimana dengan sholat 5 waktu yang seharusnya lebih utama? Bukankah sudah seharusnya lima waktu itu juga ditunaikan dengan sebaik-baiknya jika tak ada halangan? 

Tak ada lagi yang ditunggu-tunggu. Di kala adzan tiba kesibukan kita berjalan seperti biasanya, tak menyisakan sejenak perhatian untuk melangkahkan kaki menuju masjid. Membiarkan jiwa ini tergerus dan terbawa khidupan dunia yang menipu. Masih untung tak ada suara Iblis yang membersamai, yang selalu menyesatkan dan akhirnya menipu pandangan dan mata hati kita. Yang benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar, apalagi di area yang abu-abu.

Tak ada lagi usaha untuk menghemat, hemat demi anak-anak yatim di luar sana, yang kelaparan dan kesusahan. Tak hanya harta yang mereka perlukan sebenarnya, pun kasih sayang dan perhatian dari Ayah dan Ibu yang telah menghilang entah ke mana. 

Untungnya masih ada orang-orang di luar sana yang juga menaruh perhatian dan menghabiskan waktu yang seharusnya bisa mereka pergunakan untuk emcari uang seperti kita, demi membimbing anak-anak itu dan menanamkan cahaya Islam di hati-hati mereka. 

Pakaian yang kita pakai sehari-hari, kini hanya demi ridha Bos, Pimpinan, dan Netizen belaka. Tak ada bedanya dengan mereka yang tak pernah melalui Ramadhan. Bukan pakaian taqwa yang seharusnya melingkupi diri ini dimanapun berada. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline