Lihat ke Halaman Asli

Rendy Artha Luvian

TERVERIFIKASI

Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Puasa dan Kekuatan (Bagian 2)

Diperbarui: 11 April 2023   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perintah pemindahan kiblat, berjihad, dan berpuasa diturunkan secara berurutan. Apa rahasia dibaliknya? ikuti terus ya. sumber foto: Antara/Rahmad

Sebuah umat baru kini hadir. Sebelumnya umat Nabi Muhammad SAW bukanlah umat yang independen dari Yahudi, mereka beribadah menghadap ke arah kiblat yang sama dengan umat Yahudi, berpuasa di hari yang sama dengan Yahudi. Tetapi sekarang, umat Nabi Muhammad SAW telah terpisah dari Yahudi dan menjadi umat yang baru, umat yang independen dari seluruh umat manusia.

Bisa kita misalkan dengan sebuah 'negara' baru yang lahir, 'negara' ini dikenal dengan nama Islam. Dan ketika 'negara' ini berdiri, ia berdiri di sekitar permusuhan dan ketidaksenangan, dimana 'negara-negara' di sekitarnya tidak akan membiarkan negara baru ini dapat berdiri kokoh dan mengembangkan pengaruhnya. 

Oleh karena itulah Allah SWT menurunkan firman dan perintah Nya setelah perintah pemindahan kiblat, di bulan Sya'ban yang sama. Apa perintah Allah SWT selanjutnya?

Satu-satunya cara yang diajarkan Islam untuk mempertahankan keyakinan kita adalah kita harus siap untuk melawan dan bertempur untuk mempertahankannya. Bukan pemerintah yang akan melindungi keyakinan kita, bukan PBB yang akan melindungi kebebasan kita, tetapi kita sendiri yang diperintahkan Allah SWT untuk melindunginya. 

Di dalam Islam hal ini dinamakan dengan Jihad. Allah SWT menurunkan setelah perintah perpindahan kiblat, perintah untuk bersiap diri bertempur dan melawan, perintah berjihad. Hal ini membuat jelas, bahwa perintah untuk berjihad tidak diturunkan kepada kita untuk melakukan agresi, justru perintah Jihad diturunkan Allah SWT untuk mempertahankan diri dari agresi atau serangan.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al Baqarah: 216)

Dari ayat Al-Quran ini kita bisa mengetahui Nabi Muhammad SAW bukanlah sesorang yang menyukai pertempuran dan menumpahkan darah seperti yang selalu dikoar-koarkan, tetapi berjihad diperintahkan oleh Allah SWT supaya orang-orang beriman dapat mempertahankan keyakinannya (Islam). 

Bagaimana bila kita mengabaikan perintah berjihad? Bisa kita lihat contohnya di Spanyol ketika muslim dibantai, 50.000 wanita muslim di Bosnia diperkosa oleh tentara, umat muslim Myanmar dibantai seenaknya dan lebih banyak contoh lainnya karena perintah jihad diabaikan, dipinggirkan, dilupakan.

Ketika kita berjihad, kita perlu yang namanya kekuatan. Di dalam Al-Quran surat Al-Anfaal, Allah SWT memerintahkan kita untuk membangun kekuatan itu. Allah SWT memerintahkan kita untuk membangun kekuatan hingga batas maksimum yang bisa kita capai.

Ketika kita membangun kekuatan, kekuatan itu memiliki fungsi dasar yang jelas, yaitu untuk mempertahankan keyakinan dan diri kita dari musuh yang menyerang. Bila diri ini lemah maka kelemahan dapat menjadi pintu masuk bagi musuh untuk menaklukkan kita, memperbudak, dan bahkan membunuh keyakinan kita. Namun bila kita memiliki kekuatan, musuh pasti akan berpikir panjang dan tidak akan dengan mudah mengalahkan kita. Ingin tahu contohnya? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline