Sekali-kali, asyik juga berwisata menemani para ponakan. Kali ini, dalam rangka libur hari kedua Idul Fitri 2017, kami menjajal kawasan Lembang, yang terletak dipinggir Kota Bandung, Jawa Barat. Rindu dengan udara segarnya yang masih dingin alami, yang membuat banyak orang Jakarta menyerbu kemari. Jakarta, Kota Metropolitan yang hanya sekitar 3 jam dari Bandung itu, terletak di dekat laut. Sehingga selalu bercuaca panas hampir di sepanjang waktu. Bahkan, ditambah dengan tingkat kepadatan penghuni dan polusi kendaraan yang tinggi, sering membuat warga Jakarta selalu merasa gerah bila beraktivitas di luar gedung. Hal yang kemudian menjadi semacam “obsesi” ketika berlibur untuk mencari daerah-daerah dingin seperti Bandung ini.
“Udara dingin dan segar alami memang menjadi tujuan. Tapi, kuliner Kota Bandungyang maknyuss mesti juga dicicipi di tengah cuaca dingin tersebut. Sambil juga melirik pilihan busana fashion di sini yang unik, kreatif namun harga yang relatif lebih murah dari Jakarta,” begitu umumnya komentar warga Jakarta yang selalu memenuhi Kota Bandung di saat week-end, terlebih-lebih long-week end seperti saat ini.
Maka, jadilah saya kemudian menemani ponakan. Agak nekat memang, karena harus siap bermacet-macet di saat “peakseason” seperti ini. Mobil kami akhirnya pun terhenti-henti berkali-kali secara total, dalam sistem lalu lintas buka-tutup yang diatur dengan sigap oleh Polisi Cisarua. Dan uniknya, di tengah kemacetan tersebut, para Ponakan ini: terlihat cuek, anteng-anteng dan ceria duduk di dalam mobil yang sempit padat. Di tengah hujan deras yang kadang datang dan pergi dengan tiba-tiba itu, lalu terdengar suara yang sayup-sayup bernyanyi kecil. Yang lain tampak asyik bercerita tentang berbagai hal sambil bercanda ria.
Tapi, dengan HP masing-masing yg bak tak rela dilepas dari tangan barang semenitpun...Sementara saya, yang mungkin sudah tidak muda lagi ini, “wah, merasa bete-nya bukan main jika sudah terjebak dengan kemacetan lalulintas berat seperti ini..” Heran juga, akhir-akhir ini semakin banyak saja orang-orang dari Jakarta dan sekitarnya yang senang berwisata ke Bandung yang sudah mulai menjadi kota macet juga. Mungkin, libur serentak begini hanya bisa terjadi saat ini. Atau, mungkin juga karena MACET telah menjadi"mantra" yang mendarah-daging? Oleh karena telah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Akhirnya, "Desa Bambu" yang berada di perbatasan Kotamadya Cimahi dan Lembang yang terletak secara teritorial di Kabupaten Bandung Barat itu, dicapai juga. Meski mobil bergerak dengan sedikit alot dan alon-alon. Sebenarnya, kami niatnya ke Lembang yang banyak objek wisata pilihannya. Tapi karena begitu susah menembus macet total arah ke Lembang di antara ribuan mobil yang berderet panjang pada hari itu. Bahkan, dari arah Jalan Kolonel Masturi, Cimahi, Selasa, 27 Juni 2017 siang hari itu, yang sebenarnya jalan alternatif yang biasanya lebih sepi, berjarak 11 Kilometer dari kediaman saya di Cimahi ini, kami memutar arah....
Lalu, apa yang menarik dari tempat wisata Dusun Bambu ini?
Objek wisata khusus buat keluarga ini, berada di bukit yang dulunya terkenal "angker". Karena tempat ini sering menjadi medan Latihan Gunung para Pasukan Komando Kopassus. Medannya memang menantang, apalagi bila masuk lebih jauh menembus ke arah kawasan Gunung di bagian dalam. Para anggota Pencinta Alam profesional seperti “Wanadri” juga rutin berlatih di kawasan ini, sebelum menjalankan ekspedisinya menjajal gunung-gunung tinggi di dunia. Salah satu yang membuat angker, karena terdapat sebuah danau purba alami yang bernama CISITU LEMBANG. Danau ini sering meminta korban jiwa, karena adanya rumput hisap di dasarnya, yang kerap berpindah-pindah lokasi. Sehingga susah dilacak oleh para pelatih dan perenang saat danau tersebut dijadikan sebagai salah satu tempat ujian fisik peserta yang membawa ransel seberat 40 kilogram di bahu.
Sebagai orang Cimahi, saya baru tahu juga nih.... Bahwa lokasidi di bagian depan pintu masuk kawasan, seluars 20 hektar telah disulap sebagai objek wisata alam yang akhir-akhir ini mulai naik daun. Dan tentu saja, karena lokasinya masih di lereng bukit, maka sangat "aman" buat berwisata keluarga. Hiburan berbagai bentuk yang disediakan, tampaknya didominasi oleh kegiatan "adventure alam” ringan buat anak-anak. Namun terasa menantang juga. Ada arena mini perang-perangan dengan Pinball. Ada Buggy Jumping sederhana, lapangan golf mini dari karpet hijau. Dan wahana bagi yang suka bercanda dengan Ular Sanca.
Sebenarnya wahana permainan tersebut terhitung biasa saja. Akan tetapi menjadi menarik karena lingkungannya, yang dikelilingi kontur tanah berbukit dan udara dingin pegunungan yang alami. Dan wisata ini semakin menarik dengan adanya danau buatan di tengah kawasan. Tampaknya pengelola Dusun Bambu terkena “demam” danau buatan, sebagaimana pertama kali dipopulerkan oleh "Kampung Sampireun" dan "Hotel Danau Deriza" di Kawasan Cipanas, Garut. Di Dusun Bambu, danau buatan ini terlihat lebih kecil dan terlihat lebih sederhana. Tetapi, inilah menariknya...... Hal-hal yang sederhana sekali pun, jika dikonsepkan dengan tepat dengan unsur alam yang lain. Misalnya berkolaborasi dengan elemen udara perbukitan gunung Cisarua yang segar, maka kemudian menciptakan suasana yang berbeda, dan bisa membuat pengunjung betah...
Bagi saya, jika tidak terlihat pemandangan yang menarik untuk dinikmati saat mengunjungi suatu objek wisata, Maka saya berupaya mencari-cari objek lain yang sekiranya bisa dijadikan “traveling photo”. Proses dan kegiatan ini terkadang menjadi hiburan tersendiri yang mengasyikkan. Di danau buatan itu, kemudian tampak oleh saya perahu-perahu kayu kecil yang berjalan perlahan bagai merayap mengurai air yang menciptakan riak kecil. Lalu bayangan perahu yang memantul ke air di antara pohon-pohon khas kawasan Lembang ini menjadi khas.....Dan sederetan rumah "tempat istirahat makan" di pinggir danau buat keluarga yang sedang menunggu pesanan makanan dari restoran, merupakan objek-objek photo yang juga menarik…
Akhirnya memang itulah wisata.....!