Rumahku lebih ramai dari biasanya pertengahan September 2013 lalu itu. Keluarga ponakan dari kampung menginap beberapa hari. Mereka datang untuk menghadiri wisuda sang ponakan yang jatuh pada hari Sabtu. Tapi anehnya, tidak satu pun dari mereka membawa sepatu resmi sebagaimana seharusnya jika hendak menghadiri acara formal. “Ke Bandung sekalian mau beli sepatu Cibaduyut!” kata salah seorang memberi alasan. Cibaduyut begitu terkenal hingga ke pelosok-pelosok kampung di Sumatra. Itu sebabnya, malam yang meski sudah mulai larut, kami paksakan juga untuk mengunjungi kawasan sentra pembuat sepatu terkenal tersebut. Malam itu kami telusuri sudut-sudut toko yang masih terlihat buka. Sebagian besar toko telah bersiap-siap tutup karena waktu mendekati pukul 22:00.
Sejak awal, aku tidak tertarik membeli sepatu di sini, karena sering orang mengatakan “model-nya ok, tapi kualitasnya ...”. Jadi, aku hanya mau menemani saja. Ketika mampir ke beberapa toko yang masih buka tersebut, tiba-tiba pandangan mataku terpaku pada sebuah sepatu charming berwarna hitam mengkilat dengan model yang tidak biasa. Bentuknya terlihat seperti sepatu mewah. Kulit dan warna hitamnya mengkilat bersih bersinar, terlihat kokoh dengan potongan gaya yang begitu modis. Terpajang di salah satu etalase bersama temaramnya lampu malam. Di bagian depan sepatu tampak cap yang tak biasa dan sangat terkenal, yaitu Versace (merek sepatu buatan Italy). Aku terkaget-kaget! Kok sepatu kelas jetset itu ada di sini? tanyaku dalam hati penasaran. Meskipun aku tahu, kalau ada di Cibaduyut pasti hasil “kerajinan tangan” dan bukan sepatu asli karena harganya bisa-bisa sampai jutaan rupiah. “Wah, hebat juga nih… pengrajin Cibaduyut bisa meniru sepatu kelas dunia,” kataku ke adik ipar. Dia yang dari kampong di Sumatra tersebut cuma tersenyum-senyum aja.
Siapa tahu… , pikirku. sepatu Versace ini juga hasil maklun. Jadi, paling tidak, menjadi murah akan tetapi tidak murahan. Pikiranku kemudian melayang ke salah satu kawasan di Italia yang dikelilingi dengan danau indah, dimana cafenya sering memainkan musik Francis Goya saat menyajikan berbagai jenis makanan spaghetti yang mengundang selera itu. Daerah itu memang terkenal sebagai sentra sepatu di Italy dan sering bekerja sama dengan berbagai sentra sepatu di berbagai negara berkembang. Muncul dorongan yang semakin kuat dalam diriku agar dapat segera memiliki sepatu merek Versace made in Cibaduyut ini. Lalu terdengar suara si ajo sang penjual toko yang mulai “merayu” menawarkan sepatu Versace antiknya ini. Dia terlihat ramah dan bersikap apa adany. Tapi justru gaya menjual yang terlihat natural ini yang membuat aku semakin terobsesi. “Ini juga tinggal beberapa pasang lagi, pak! Sisa stok kemarin.. ” katanya meyakinkan.
(Keterangan photo: Suasana pengunjung acara wisuda / photo by: REndra TRis Surya)
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Akhirnya, setelah satu persatu acara prosesi wisuda itupun berjalan dan usai. Kami rombongan keluarga sang ponakan, pulang ke rumah sebelumnya mampir terlebih dahulu ke berbagai tempat rekreasi di sekitar kota Bandung. Berjalan ke sana ke mari, terkadang jalan kaki menaiki tanah yang sedikit berbukit, bersantai di taman yang disinggahi, berjalan di antara batu-batu, masuk ke rumah makan dan seterusnya. Sampai di rumah hari telah menjelang malam. Isteriku berteriak kaget, “Itu sepatu. Kok jadi mengkerut begitu kulitnya, diapakan….?” katanya heran. “Emang kenapa?” tanyaku balik. “Sepatunya robek di pinggir..…”
“Ah..?” Aku kaget! "Masak sih..?" Lalu kupandangi secara detail sepatu Versace kesayangan yang sudah dipakai sejak tadi pagi seharian. “Masya Allah..!” teriakku tak percaya. Jadi selama satu hari ini aku tidak pernah tersadar telah memakai sepatu sobek dalam berbagai acara yang sangat formal dalam wisuda sang ponakan. Tiba-tiba aku merasakan jantungku berdebar semakin kencang, dan wajah perlahan-lahan semakin merona memerah. Benarlah kata banyak orang, bahwa harga itu jarang berbohong. Betul juga, mana ada sepatu asli merk Versace berharga Rp 125.000. Ini ternyata barang palsu, bukan sisa ekspor sebagaimana rayuan si ajo penjual di toko sepatu Cibaduyut tersebut. Dan mana ada pula barang palsu yang dibuat dari bahan kulit asli dan bisa tahan lekukan ketika dipakai seharian. Dan anti air hujan lagi, sebagaimana rayuan si Ajo.