Setiap pergerakan akan membawa perubahan, perjuangan dengan ikhlas dan konsisten selalu menjadi sejarah yang menginspirasi dan memotivasi khalayak. Setiap kisahnya sangat menarik untuk dijadikan pelajaran. Tanggal lahirnya 9 Maret tahun 1903 dan telah dipatenkan menjadi Hari Musik Nasional, walau ada versi lain yang menyebutkan bahwa tanggal 19 Maret adalah hari kelahiranya, namun perbedaan itu tidak menjadi perdebatan kontradiksi yang mengurangi nilai historis seorang seniman. Beliau adalah Wage Rudolf Soepratman.
Pemuda kreatif dan produktif yang menghabiskan masa mudanya untuk berjuang dengan keyakinan akan kemerdekaan, serta menghasilkan karya musik dalam melawan penjajahan kolonialisme ditanah ibu pertiwi. Dengan karya musiknya telah menjadikannya sebagai salah satu Pahlawan Nasiona Indonesia. WR. Soepratman yang hingga akhir hayatnya, di usia produktif 35 tahun ajal menjemputnya. Komitmen berjuang sesuai dengan bakat dan keahliannya serta memaksimalkan talenta yang dianugerahi oleh Tuhan Yang maha Esa. Musik adalah senjata ampuhnya, mengalahkan senjata api maupun bom atom yang digunakan oleh negara-negara lain untuk mewujudkan keangkuhan dan keserakahannya.
WR. Soepratman tidak pernah tampil dipanggung besar dan bukanlah seorang artis terkenal, beliau hanyalah musisi yang independen, konsisten dalam berkarya dengan ide dan imajinasinya serta tampil ikhlas tanpa bayaran sepersenpun. Prestasi yang diraihnya mengalahkan seluruh artis yang terkenal berlimpahan materi, karyanya menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang wajib dinyayikan disetiap peringatan upacara bendera, acara kenegaraan maupun acara non formal hingga acara komunitas jalanan. Begitu juga bagi warga negara asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia wajib menghafal dan menyanyikan maha karya tersebut.
Lagu Indonesia Raya telah menumpaskan bentuk penjajahan dan memerdekakan seluruh warga Indonesia serta menyatukan NKRI dari Sabang sampai Marauke. Seluruh karya musik beliau merupakan kearifan lokal dan berasa nasionalisme serta berbentuk kritikan bagi kalian yang melupakan sejarah Indonesia. WR. Soepratman semasa hidupnya, sempat menginjakkan kakinya di 3 kota di Indonesia dengan meninggalkan warisan bukan berupa harta karun dan panggung besar, melainkan kisah seniman sejati yang menjadi sejarah Republik Indonesia, dengan karya musik apa adanya tanpa harapan royalti dan award bagi artis-artis zaman sekarang dan era yang akan datang.
Di Makassar, disitulah bakat musiknya berkembang. Beliau ikut kakaknya yang bernama Roekijem ke Makassar, kemudian belajar musik dari kakak iparnya yaitu Willem Van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan bisa menggubah lagu. Selanjutnya pindah ke Bandung. Wage Rudolf Soepratman memiliki hasrat untuk menjadi pemburu berita. Di Bandung, beliau menjadi wartawan harian surat kabar, pada tahun 1924 di usianya 21 tahun. WR. Soepratman membuat Lagu Indonesia Raya. Pekerjaan sebagai wartawan tetap dilakukannya sewaktu tinggal di Batavia (Jakarta). Di Jakarta, yang menjadi pusat pergerakan bangsa. Beliau mulai tertarik dengan pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, rajin mengunjungi rapat-rapat organisasi pemuda. Rasa tidak senang terhadap penjajahan kolonialisme mulai tumbuh bagaikan bola salju, hampir setiap hari Wage Rudolf Soepratman mengkritisi kebijakan politik dan penindasan masyarakat yang disebabkan oleh penjajahan pemerintah Hindia Belanda.
Di hari Sumpah Pemuda pada malam penutupan Kongres Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928, WR. Soepratman beraksi dengan lagu ciptaannya secara instrumental dengan biola. Pada saat itulah untuk pertama kalinya Lagu Indonesia Raya dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Lagu tersebut merupakan perwujudan rasa persatuan, kesatuan dan kehendak untuk merdeka. Lagu Indonesia Raya menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia, yang mendukung ide satu INDONESIA.
> " width="711" height="238" />
> " width="709" height="228" />
> " width="704" height="296" />
Kutipan Lagu Indonesia Raya dengan Kunci Nada.
Hari Musik Nasional, selain sebagai ajang bagi seluruh musisi-musisi yang ada di Indonesia. Harusnya dijadikan sebagai peringatan sejarah panjang lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan bentuk event yang secara swadaya memberikan hiburan gratis kepada seluruh warga negara Indonesia, memanfaatkan venue alam Indonesia yang sangat indah dengan kearifan lokal, berbudaya sebagai panggung utama sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia, ikhlas beraksi dengan penampilan secara instrumental yang lebih modern dengan ide dan imajinasi yang jauh lebih kreatif, inovatif dan menjadi solutif bagi musik tanah air. Tanpa ada diskriminasi terhadap beberapa genre musik yang ada dan hidup di Indonesia, tanpa dogma akan jalur indie label dan major label serta bisa menyatukan musisi-musisi Indonesia berikut dengan seluruh (fans) pengemar musik.
‘Damai Bermusik, Damai Indonesiaku’.
Rendra Manaba
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H