Lihat ke Halaman Asli

Wahai Para Pemuda yang Bodong Udelnya

Diperbarui: 2 September 2015   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata seorang motivator yang suaranya nge-bass, seorang pria lebih baik fokus untuk kesuksesannya dulu, memantaskan diri dulu. Nanti kalau sudah jadi pribadi yang sukses, pribadi yang sudah punya kepantasan, maka para wanita akan datang dengan sendirinya.

Namun saya lebih memilih wanita yang dari awal perjuangan saya, dia sudah ada. Dari sejak saya terkatung-katung belajar mencari nafkah, dia sudah menemani. Sejak saya makan tempe penyet campur keringat mbokdhe penjualnya, dia sudah hadir. Dan dia tetap bertahan dengan segala kecarut-marutan yang saya alami, sampai suatu saat nanti bersama-sama melewatinya.

Buat saya, wanita yang seperti itu sudah membuktikan bahwa dia tulus mencintai saya. Secara tidak langsung dia berbisik,"Aku akan tetap memilihmu. Karena aku menginginkan hatimu, bukan kesuksesanmu. Keberhasilanmu hanyalah bonus atas kesetiaanku mendampingimu selama ini".

Akan terasa berbeda jika terjadi sebaliknya. Jika saya telah sukses, bergaji tinggi, bermata pencaharian tetap dan bergengsi, naik mobil Mercy, punya rumah harga ratusan jeti, lalu banyak wanita mendekati diri ini. Maka saya harus lebih berhati-hati. Saya harus menginvestigasi betul motivasi si wanita itu mendekati saya. Saya harus memecahkan kode-kode yang dikirimkan si wanita kepada saya dengan seksama. Tak boleh ngawur atau sembrono.

Cinta itu kadang seperti kaleng biskuit Khong Guan di hari lebaran. Gambarnya biskuit, isinya rengginang. Cinta juga bisa begitu. Mulutnya sayang, tapi hatinya serapuh rengginang. Siapa tahu cinta terkalahkan oleh silau nafsu akan harta. Siapa tahu sayang tersingkirkan oleh gengsi ingin pamer di lini masa media sosial. Yang penting bisa pamer punya calon suami pengusaha rengginang kelas internasional, cinta nanti juga lama-lama tumbuh. Ya kalau tumbuh, kalau ternyata melempem kaya rengginang yang lupa ditutup kalengnya? Hayooo...

Kalaupun memang benar si wanita cinta di mulut dan hatinya, tak ada yang bisa menjamin cintanya akan mematung saat saya jatuh nelangsa. Tetapi jika si wanita tahu betul dan mendampingi saya sejak saya hidup sengsara, paling tidak saya sudah mengasuransikan separuh hatinya. Ada secercah keyakinan bahwa si wanita tak akan berubah rasa cintanya hanya gara-gara saya jatuh dan tak bisa bangkit lagi sampai tenggelam dalam comberan luka dalam. Ada rasa percaya si wanita tak akan kaget dengan kejatuhan saya. Bahkan kemungkinan besar ia akan menjadi penyemangat agar saya bisa bangkit lagi. Seperti yang sudah pernah dilakukannya dulu saat saya belum sukses.

So..para pemuda yang bodong udelnya, kita memang sebaiknya memantaskan diri dulu agar jadi pribadi yang super dan dicintai banyak wanita. Namun kita juga punya hak untuk menilai wanita mana yang pantas untuk memikul beban kesuksesan kita. Karena kesuksesan sejatinya adalah titipan yang harus kita jaga, bukan barang yang boleh dihamburkan seenaknya. Dan partner seorang pria dalam menjaga titipan itu adalah seorang wanita, baik yang bodong maupun yang tidak bodong udelnya.

Sekian. Salam olahraga!

 

 

Jakarta_01092015

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline