Lihat ke Halaman Asli

Rendi Ferlita

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNAND

Gak Enakan dan Kebudayaan Timur Barat

Diperbarui: 17 Juni 2023   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

GAK ENAKAN adalah konsep yang berasal dari kebudayaan timur atau ‘Ketimuran” yang lekat dengan kerelijiusan, kesopanan, tertutup, etika dan norma norma. Dalam kebudayaan masyarakat Jawa, Istilah “Gak Enakan” sering disebut sebagai “Ewuh Pekewuh atau Sungkan” merupakan ketidakenakperasaan atau gambaran dari ketertakutan dan kekhawatiran atas perilaku dan ucapan untuk tidak membuat orang lain tersinggung.

Gak Enakan merupakan cerminan dari nilai-nilai kesopanan dan ketertutupan, alih-alih positif, tapi malah sering dimaknai negatif- dan dinilai sebagai bentuk keterkekangan kehendak dalam proyeksi sisi yang gelap. Itu terbungkus pada lanskap yang “Inferior” dalam kebudayaan Timur. Lanskap yang menunjukan keterbelakangan dari ketidakmajuan, kerelaan dari ketidakberjuangan, serta ketidakrasionalan. Dan itu tidak ditemukan dalam kebudayaan Barat atau “Kebaratan”.

Timur oleh Edward Said adalah Orientalism dari benih kata “Orient”- Sifat dari masyarakat yang stagnant, mysterious, forever strange and changeless. Asia meant inability to develop, backwardness, violence, fatalism, and despotism” (Jouhki, 2006: 69). Pemikiran Eropa merepresentasikan sifat itu sebagai keterbalikan “Barat” serta mewakili apa yang tidak dimiliki Barat. Barat adalah Superiornya atau Occidentalism-sifat yang tidak dimiliki dan bertentangan dengan kebudayaan Timur.

“Europe means progress, civilization, pacifism, passionate living, and political, creativity” (Jouhki, 2006: 69). Eropa berarti kemajuan, peradaban, hidup yang penuh gairah, kreativitas, dan suka kedamaian. Nilai itu tidak cocok dengan “Gak Enakan” sebagai budaya yang dinilai menghambat, tidak bebas, penuh kekhawatiran, dan terkekang.

Namun agaknya “Gak Enakan” tampak menyedihkan disini. Akan tetapi sesungguhnya itulah kebijaksanaanya. Karena Kebudayaan Manusia Timur bukan berangkat dari kemampuan nalar melainkan pada hati. Timur lebih dekat dengan menjaga perasaan ketimbang berterus terang. Sementara menyakiti hati orang lain bukanlah pilihan.

Dalam Kebudayaan Manusia Timur mereka lebih menghargai keber-ada-an. Karena bagi mereka hubungan terhadap objek alam adalah satu kesatuan dengan dirinya. Oleh karenanya manusia-manusia Timur menghayati hidup dan seluruh eksistensinya. Itu adalah hasil perpaduan pengetahuan, intuisi, pemikiran yang kongkret, simbolik, dan kebijaksanaan ketika menghadapi kenyataan.

Nilai Kebudayaan Timur yang tertinggi datang dari dalam manusia itu sendiri. Nilai spiritual Timur membawa sikap memuliakan diri dan kemiskinan, menghindari membangun dunia, hidup sederhana dan dekat dengan kehidupan. Mereka lebih menginginkan kekayaan hidup dibanding kekayaan benda.

Mungkin itulah alasan mengapa Edward Said menyebut kebudayaan Timur sebagai Orientaslism, keterbelakangan, ketidakberjuangan dan ketidakrasional yang tidak akui nalar. Sementara “Gak Enakan” bukanlah konsep dari nalar melainkan konsep hati dan kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline