Lihat ke Halaman Asli

Rendi AudrianaRahman

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Mewarisi Nilai Luhur Naskah "Piwulang Pitoe Isteri" di Acara Keputrian

Diperbarui: 10 Januari 2022   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia memiliki sejarah panjang yang berdinamika dari jaman dulu hinga sekarang. Peradaban bangsa Indonesia merangkak seiring perkembangan jaman, dari sebuah suku-suku komune kecil, kerajaan-kerajaan besar, penjajahan kolonialisme belanda dan jepang, hingga merdeka pada tahun 1945. 

Sebelum masa kolonial wilayah Indonesia diduduki oleh berbagai macam kerajaan. Majapahit, Kutai sriwijaya dll. Dalam periode kerajaan, sudah lumrah bila suatu kerajaan memproduksi sebuah naskah sejarah yang merekam hal-hal apa yang terjadi pada masanya dan nilai-nilai apa yang dijunjung luhur oleh masa saat itu.  

Naskah dianggap bukan hanya sebagai teks dokumentatif, melainkan sebagai media pewarisan nilai dan identitas kuat suatu kelompok masyarakat.Hal tersebut sejalan dengan (Soebadio, 1975: hlm.8 dalam Supriadi, 2011: hlm.4) bahwa Naskah sebagai peninggalan tertulis mempunyai kedudukan yang penting dalam menyampaikan informasi yang lebih jelas dan luas tentang kehidupan manusia di masa lampau dibandingkan dengan informasi yang berasal dari peninggalan yang berupa benda-benda lain. 

Sebagai contoh umum, dasar negara indonesia yaitu pancasila diambil dari kitab soetasoma yang ditulis oleh empu tantular. Istilah pancasila yang berarti lima dasar adalah bentuk pewarisan nilai yang dijunjung dan dianggap penting oleh pewarisnya.

Dewasa ini, dengan berbagai kemudahan mendapat dan menerima informasi dari dalam atau luar wilayah indonesia, membuat keseharian masyarakat Indonesia dipenuhi oleh informasi global. Di media sosial banyak kita dapati konten hiburan, unggahan keseharian, dan hal-hal lainnya yang memenuhi informasi yang kita serap. 

Di samping hal demikian, pewarisan nilai-nilai luhung dan identitas sebagai kelompok masyarakat yang memiliki sejarah panjang sangat sulit untuk didapatkan. Khususnya masyarakat urban yang memang memiliki ciri kehidupan individualis dan realitas yang lebih kompleks dari pada masyarakat pedesaan. 

Kehidupan masyarakat urban telah terikat oleh berbagai macam hal yang kompleks, mulai dari keinginan untuk mengikuti trend masa kini, persaingan lapangan pekerjaan, tuntutan pendidikan, biaya hidup yang lebih mahal, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus juga mereka ikuti, semua itu bertumpuk menjadi impian, rencana, dan aktifitas sehari-hari masyarakat urban. 

Dengan demikian, sangat sulit mengintrupsi keseharian tersebut dengan hal-hal berbau sejarah dan nilai luhur dari masa yang telah mengalami banyak dinamika. 

Beberapa contoh upaya dalam mengintrupsi aktifitas tersebut adalah dengan mengadakan studi tur di pendidikan dasar, menengah dan atas ke situs nasional, museum-museum, dan perpustakaan barangkali. 

Akan tetapi, dengan psikologis masyarakat urban yang memahami bahwa melakukan sesuatu di luar aktifitas sehari-harinya, pada kurun waktu tertentu yang pendek jangkanya diartikan sebagai liburan dan arena rekreasi, aktifitas-aktifitas tersebut jadi kehilangan ruh dan tujuannya. 

Sangat jarang bisa kita alami sebuah studi tur yang memiliki atmosfir pembelajaran dan kesempatan untuk mewarisi semangat peradaban yang luhur. Maka dari itu pentingnya menggali naskah nusantara yang tersebar di berbagai belahan wilayah, mengorek isi dan konteks di dalamnya untuk mewariskan kembali isi dan konteks tersebut kepada generasi muda khususnya dan masyarakat luas umumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline