Tersembunyi di pedalaman Papua Barat, Kokas di Kabupaten Fakfak menyimpan kisah heroik yang tak banyak diketahui. Jauh sebelum Indonesia merdeka, kota kecil ini telah menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara kekuatan-kekuatan besar dunia dalam Perang Dunia II. Letak geografisnya yang strategis di Samudera Pasifik menjadikan Fakfak sebagai titik penting dalam perebutan kekuasaan di kawasan Asia Tenggara.
Kabupaten Fakfak adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat yang terletak di semenanjung Kepala Burung Pulau Papua. Dengan kekayaan alam yang melimpah, terutama hasil laut, Fakfak memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Selain itu Kabupaten Fakfak juga merupakan salah satu penghasil buah Pala terbaik, sebab julukan Fakfak sendiri adalah Kota Pala.
Sejak dahulu, masyarakat Fakfak telah hidup dalam keberagaman agama. Toleransi antar umat beragama di Fakfak bukanlah hal baru, melainkan sudah tertanam kuat sejak nenek moyang. Hal ini dibuktikan dengan adanya sejarah panjang interaksi antar umat beragama yang berlangsung secara damai.
Secara historis, Fakfak juga memiliki peran penting dalam Perang Dunia II sebagai basis militer Sekutu. Berbicara mengenai Kemerdekaan Republik Indonesia saya kira Kabupaten Fakfak pun memiliki pengalaman terkait peperangan yang mana ada benang merahnya dengan kemerdekaan Republik Indonesia. Meskipun perjuangan di daerah-daerah seperti Fakfak mungkin lebih bersifat lokal dan tidak terpusat, sehingga sulit untuk dilacak dan didokumentasikan secara nasional.
Sayangnya, saat ini informasi dan dokumentasi terkait perang di Kabupaten Fakfak belum menemukan data yang sangat spesifik dan terinci mengenai kontribusi langsung Kabupaten Fakfak dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia jika kita mencari informasi tersebut melalui internet. Namun, di Fakfak terdapat banyak jejak dan bekas peninggalan peperangan, seperti helikopter, pesawat, meriam, dan bahkan goa-goa peninggalan jepang.
Selain itu dokumentasi terkait perang di Kabupaten Fakfak menjadi tenggelam karena fokus sejarah nasional Indonesia yang cenderung lebih banyak menyorot peristiwa-peristiwa besar di pusat pemerintahan atau daerah-daerah yang menjadi pusat perlawanan.
Adapun bukti-bukti dokumentasi atau kepingan-kepingan yang tersisa, yang menjadi saksi bisu dan misteri bagi kami masyarakat Fakfak. Selama Perang Dunia ke II, Kokas menjadi saksi bisu pertempuran sengit antara pasukan Sekutu dan Jepang. Letaknya yang strategis di sepanjang jalur pelayaran membuat Kokas menjadi incaran bagi kedua belah pihak.
Oleh karena itu, Jepang membangun sejumlah besar infrastruktur militer di Kokas, termasuk landasan pesawat, gudang amunisi, dan barak-barak tentara. Kemudian goa-goa alami yang ada di wilayah ini pun dimanfaatkan sebagai tempat persembunyian dan pusat komando. Jejak-jejak peninggalan perang masih dapat ditemukan hingga kini, seperti benteng-benteng tua dan terowongan bawah tanah.