Lihat ke Halaman Asli

Rendi Septian

Founder Bimbel The Simbi

Bagaimana Cara Membangun Kebebasan Finansial?

Diperbarui: 19 Juli 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dear Kompasianers. Merdeka keuangan adalah dambaan setiap orang. Tetapi sayangnya, hanya segelintir orang saja yang mampu meraihnya. Mengapa demikian? Karena untuk menempuhnya diperlukan kerja keras, kesabaran dan keulatan yang tinggi. Disiplin dalam menginvestasikan uang juga pelit ketika akan mengeluarkan uang untuk hal yang kurang esensial bahkan terkesan boros.

Akan tetapi segala prasyarat di atas hanyalah ilusi. Tidak ada hal yang benar-benar sulit jika kita memiliki keinginan yang lebih besar dari segala hambatan yang ada. Jadi, jika kita benar-benar ingin merubah status finansial kita, kita pasti akan konsisten melangkah dan melewati segala hambatan itu dengan baik.

Kita pun dapat melihat tingkat kekayaan seseorang. Kita terlalu terburu-buru mendecak kagum terhadap mereka. Seolah mereka dengan segala kekayaannya, lebih terhormat dan mulia dibangingkan kita. Tidak, mereka sama seperti kita hanya saja mereka lebih  dahulu melangkah, survive dan mencapai tingkat kekayaan lebih dahulu. Kekayaan dan rasa hormat, mulia dan kebahagiaan tidaklah dalam satu garis yang linier. Akan tetapi itulah fakta yang tersaji dewasa ini, di mana orang dengan kakayaan lebih akan dianggap terhormat dan mulia.

Lantas cara pandang apa yang mesti kita gunakan untuk mendapatkan gambaran financial freedom yang jelas? 

Pertama adalah financial freedom bukanlah suatu kemustahilan dan hanya diperuntukkan bagi orang-orang dengan sejumlah karakter hebat. Financial freedom adalah hak kita semua. Sebagaimana para pahlawan telah berjuang agar negeri ini terbebas dari penjajahan, begitu pula dalam hal keuangan. Tidak adanya senjata mutakhir menyebabkan alasan mereka tidak berjuang, kan? 

Dengan senjata seadanya, akhirnya para pahlawan memenangkan pertempuran. Pun dengan kita yang merasa masih jauh dari sifat-sifat di atas tidak perlu berkecil hati, mulailah dengan potensi yang ada meskipun sangat kecil dan tidak diperhitungkan sama sekali. Konsistenlah yang menjadi kuncinya.

Yang kedua adalah tingkat kekayaan itu tidak selalu relate dengan ukuran kebahagiaan. Jika tingkat kekayaan menjadi ukuran kebahagiaan lantas mengapa ada orang-orang yang justru ingin mengakhiri hidup ketika di puncak kejayaan? Lalu ada pula yang ingin berhenti menjadi orang kaya seperti Bill Gates, juga ada pula yang menggunakan pola hidup sederhana meskipun berkecukupan seperti Almarhum Mbah Bob Sadino?

Akan tetapi fakta di atas jangan dijadikan alasan, kekayaan tidak menjamin kebahagiaan sehingga memiliki pandangan tidak apa-apa miskin asal bahagia. Nampaknya, pernyataan inipun kurang tepat. Orang miskin akan bahagia jika si miskin tidak memiliki keinginan. Sebagai analogi sederhana, untuk kehidupan sekarang ini di mana si miskin memiliki gawai yang terhubung dengan internet selama 24 jam nonstop akan sulit menghindari fakta bahwa orang-orang dengan bangganya saling memamerkan kekayaan. Mulai dari kalangan selebritis yang mereka follow hingga kerabat dan tetangga depan rumahnya. Mustahil rasanya jika mereka tidak memiliki keinginan sama sekali.

Jadi kita mesti berani melangkah dari zona nyaman masing-masing untuk segera membangun jembatan emas menuju kebebasan finansial. Bukan untuk mencari kebahagiaan semu, melainkan kebahagiaan hakiki yaitu dengan derma yang kita berikan untuk yang membutuhkan. Siapapun akan merasakan keresahan, kegalauan manakala kita melihat dunia luar, di luar zona nyaman kita. Kita yang terbiasa dibuai kata-kata tidak apa sedikit asal berkah, mesti mulai terbiasa melafalkan ajian biar banyak, berlimpah asal berkah.

Ketiga adalah memahami bahwa tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang luput dari kuasaNya. Ada diposisi mana kita hari ini, yakinilah bahwa itu adalah yang terbaik untuk saat ini. Jangan pernah berfikir apa yang kita anggap baik hari ini berlaku seumur hidup. Dengan menyadari ada di posisi mana kita, akan lebih memudahkan bagaimana cara kita melangkah dan ke mana akan melangkah. Keyakinan ini tidak hanya sebatas pada orang yang sedang berada di posisi bawah saja, melainkan dengan yang sudah bebas secara finansial pun karena sewaktu-waktu jika terlena akan meyebabkan kembali ke titik nol.

Keempat adalah tidak ada rumus baku dalam meraih kesuksesan. Setiap kita memiliki cara sendiri dalam berjuang menjadi kaum yang terbebas secara finansial. Adapun apa yang dikatakan oleh guru, mentor dan bahkan siapapun yang dianggap telah sukses, hanya sebatas motivasi. Urusan eksekusi adalah keputusan kita. Maka dalam hal keuanganpun kita harus berupaya secara mandiri untuk mewujudkannya. Pertama-tama latihlah mental kita agar menjadi orang yang secara mental sudah merdeka meskipun faktanya kita masih terjajah finansial. Bagaimana agar kita dapat melatih diri menjadi orang yang bermental bebas finansial ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline