Hallo teman-teman, pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman PKL saya di PT Perkebunan Sidorejo Kabupaten Semarang.
PKL merupakan kegiatan wajib yang perlu diambil oleh mahasiswa pertanian UKSW sebagai salah satu syarat lulus menjadi sarjana pertanian. Pada kegiatan magang semester ini saya memilih PT Perkebunan Sidorejo yang bertempat di Ungaran, Kabupaten Semarang sebagai tempat saya belajar karena tempatnya yang di atas bukit sehingga sejuk, pegawainya ramah dan materi yang saya ambil mengenai tanaman karet.
Judul untuk PKL 1 yang saya ambil adalah "PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN KARET (Hevea brasiliensis) BERBASIS ANALISIS TANAH STUDI DI PT PERKEBUNAN SIDOREJO KABUPATEN SEMARANG" merupakan topik yang menarik untuk saya! Di PT Perkebunan Sidorejo memang tidak memiliki laboratorium tanah namun perkebunan tersebut sempat melakukan analisis tanah di salah satu Puslit karet di Jawa Tengah. Meskipun saya tidak mendapatkan materi dari lab langsung namun saya cukup terbantu dengan data-data yang diberikan mengenai analisis tanah di perkebunan tersebut.
Di sana saya dan teman-teman diajarkan untuk menjadi anak PKL yang mandiri dan selalu memiliki inisiatif sendiri. Jika kami menginginkan suatu informasi atau ilmu kami harus inisiatif menanyakan dan meminta diajarkan. Saya biasanya menjadi seseorang yang tidak mau bertanya jika materi yang diajarkan kurang saya pahami, namun di sana saya jadi mau tidak mau harus bertanya dan minta diajarkan sesuatu jika tidak saya mengerti, sehingga membuat saya jadi pribadi yang berani bertanya meskipun masih merasa malu.
Untuk judul kedua yang saya ambil adalah "PENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP PRODUKSI LATEKS DARI TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) STUDI DI PT PERKEBUNAN SIDOREJO KABUPATEN SEMARANG". Di sana saya diajarkan bagaimana cara menyadap atau menoreh pohon karet yang benar. Saat saya memperhatikan karyawan kebun sedang menyadap terlihat sangat mudah dan saya berpikir pasti bisa melakukannya. Setelah saya coba, ada satu teman saya mengatakan bahwa cara menyadap saya belum tepat karena pisau sadapnya menggores kabium pohon. Disitu saya berpikir memangnya kenapa kalau menyadap kena cambiumnya? Apakah bisa berakibat buruk terhadap produksi getahnya? Saya belum tahu itu. Setelah saya membaca pustaka ternyata penyadapan yang saya lakukan dapat berakibat tidak sempurnanya kulit pohon dalam menutup luka sehingga menyebabkan kulit pohon menjadi tidak rata karena memiliki benjolan-benjolan dan pohon tersebut menjadi rusak.
Kemudian hari berikutnya saya ikut melakukan kegitan pengukuran getah karet yang dilakukan mandor dan pegawai pengolahan di rumah penampungan karet sementara. Di sana para penyadap karet mengantre untuk dihitung volume getah karet yang mereka bawa, rata-rata satu orang penyadap dapat membawa 20 liter per harinnya. Setiap harinya para penyadap yang menyetorkan lateks ke rumah penampungan sementara merupakan orang yang berbeda dan tempat yang mereka sadap juga selalu berbeda tergantung jadwal blok yang mereka dapatkan. Setelah lateks terkumpul, lateks tersebut dibawa ke pabrik pengolahan menggunakan truk dengan penampung besi di atasnya. Setelah itu cairan lateks dituang ke bak penampungan,kemudian dicampurkan air dan bahan aktif lainnya dengan komposisi tertentu.
Hari berikutnya saya mengikuti kegiatan pengolahan, ini merupakan hal yang menurut saya sangat menyenangkan karena lateks yang kemarin berbentuk cair sekaran sudah menjadi koagulan setelah mengalami 24 jam penggumpalan. Karet yang terbentuk berupa lembaran empuk seperti squishy dan enak disentuh. Karet mentah tersebut kemudian dibentuk menjadi lembaran di mesin penggilinggan, kemudian lembaran-lembaran tersebut ditiriskan dan dimasukkan ke dalam ruang pengasapan selama 4 hari. Setelah 4 hari kemudian lembaran karet matang tersebut disortasi dan dikemas. Karet yang sudah dikemas kemudian didistribusikan ke Kota Surabaya untuk diekspor ke luar negeri.
Itulah pengamalaman PKL 1 dan 2 saya di PT Perkebunan Sidorejo Kabupaten Semarang, semoga bermanfaat. Bila ada kesalahan mohon maaf sebesar-besarnya. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H