Lihat ke Halaman Asli

[Kreatif-Inovatif] Siapa Bilang Daun Bambu Tidak Bermanfaat?

Diperbarui: 2 Desember 2019   06:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bambu (Bambusa sp.) merupakan tanaman hutan yang tidak berkayu. Bambu banyak tumbuh di Indonesia mulai dari dataran rendah hingga tinggi. Bambu akan tumbuh pada daerah yang kering dan tidak tergenang air. Bambu dikenal sebagai tumbuhan yang dapat digunakan sebagai apa saja, maksudnya tanaman tersebut sebuat bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan manusia. Seperti akar dapat dimanfaatkan sebagai kerajinan, batang dapat dimanfaatkan sebagai konstruksi bagunan dan tunas (rebung) dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi makanan.

Dari sekian banyak manfaat yang didapat dari bambu, ada bagian dari bambuyang sering dilupakan, yaitu daunnya. Daun bambu sering kita lihat berserakan dan terlihat seperti sampah. Orang -- orang melihatnya seperti tidak berguna. Daun bambu memang tidak bisa dikonsumsi atau untuk konstruksi bangunan, tapi jangan salah, daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.

Daun bambu yang kita pandang sebelah mata ternyata memiliki kandungan phosphore  (P) dan potassium (K). Unsur P dapat berguna untuk merangsan pertumbuhan akar pada tanaman, membantu pembentukan perotein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta dapat membeantu mempercepat pembungaan dan pemasakan biji.

Sedangkan unsur K dapat berperan membantu tanaman dalam membentuk protein dan karbohidrat, memperkuat daun dan bunga, membantu tanaman hidup dalam cekaman. Banyak manfaat yang diperoleh dari pemupukan menggunakan daun bambu.

Persoalan harga pupuk yang malah kini terpecahkan karena sekarang ada alternatif lain sebelum merencanakan pembelian pupuk, yaitu dengan memupuk dengan daun bambu. Daun bambu yang berserakan dapat kita kumpulkan lalu kita tmbuh daun bambu tersebut di tanah. meskipun lama karena bakteri tanah akan melakukukan mobilisasi dan melakukan mineralisasi namun cara ini cukup efisien untuk memangkas pengeluaran untuk pembelian pupuk.

Cara membuat pupuk dari daun bambu cukup mudah. Yang pertama, siapkan drum kosong untuk wadah daun bambu. Yang kedua, siapkan lubang kurang lebih 10 cm untuk menanam drum. Yang ketiga, masukkan daun bambu yang sudah kering ke dalam drum. Yang keempat, taburi tanah di atas daun bambu, lalu beri daun bambu lagi, lakukan hal tersebut sampai drum penuh.

Yang kelima, lapisan paling atas ditutup dengan tanah, lalu diamkan selama kurang lebih tiga bulan. Dan yang terakhir, keluarkan daun bambu dan tanah dari drum sesudah tiga bulan dan angin -- anginkan selama 2 minggu, setelah itu pupuk dapat langsung digunakan.

Selain dapat digunakan untuk pupuk, daun bambu juga dapat dimanfaatkan sebagai mulsa karena memiliki sifat yang dingin. Cara penggunaannya pun juga mudah, lebih ramah lingkungan daripada menggunakan mulsa plastik dan tentu saja lebih hemat biaya.

Cara pengaplikasiannya hanya dengan menyebarkan daun bambu yang sudah dipotong -- potong di atas bedengan yang sudah diberi pupuk. Menggunakan daun bambu sebagai mulsa bukan hanya dapat menghambat pertumbuhan gulma (bersifat kering) sehingga tidak perlu repot -- repot mencabuti gulma, namun juga dapat menyuburkan tanah karena daun bambu lama -- kelamaan akan terurai dan dapat dijadikan pupuk.

Penggunaan daun bambu sangat bermanfaat karena dapat menghemat bahkan memangkas biaya pembelian pupuk dan mulsa. Selain itu juga ramah lingkungan karena mulsa yang digunakan buka lagi mulsa plastik yang tidak dapat terurai, namun yang digunakan adalah mulsa dari daun bambu yang yang dapat terurai oleh bakteri. Meskipun terdapat kekurangan dalam penggunaan daun bambu, seperti pembuatan pupuknya lama. Namun, pemanfaatan daun bambu sebagai pupuk dan mulsa dapat menjadi pilihan yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline