Lihat ke Halaman Asli

Renatha Kumalasari Setyawan

Undergraduated Counseling and Guidance of Satya Wacana Christian University

Pacaran Bisa Merubah Mood Remaja? Masa Iya Sih?

Diperbarui: 4 Juli 2024   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Oleh Renatha Kumalasari Setyawan (Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling)

Dosen Pengampu : Adhi Krisna Maria Agustin, MA

Masa remaja adalah masa transisi penting dalam kehidupan seseorang, di mana terjadi berbagai perubahan fisik, psikologis, dan emosional. Di antara berbagai pengalaman yang dialami remaja, pacaran menjadi salah satu aspek yang membawa dampak signifikan. Namun, bagaimana sebenarnya pacaran dapat mempengaruhi emosi remaja? Menurut Gross (1999) mendefinisikan regulasi emosi sebagai cara individu mempengaruhi emosi yang mereka miliki, kapan mereka merasakannya dan bagaimana mereka mengalami atau mengekspresikan emosi tersebut. Dalam artikel ini kita akan bahas nih, bagaimana pacaran dapat mempengaruhi emosi remaja, faktor-faktor apa saja yang berperan dan strategi apa saja yang dapat diterapkan oleh remaja untuk mengatur emosinya terutama saat menjalin hubungan pacaran.

Nah di masa remaja inilah seorang remaja mulai mengeksplorasi identitas diri dan hubungan interpersonal. Pacaran sebagai salah satu bentuk hubungan interpersonal yang menawarkan kesempatan bagi remaja untuk belajar tentang cinta, kedekatan emosional, dan kepercayaan. Meski demikian, pacaran juga dapat membawa berbagai tantangan emosional yang kompleks. Remaja yang sedang jatuh cinta sering kali mengalami lonjakan kebahagiaan dan kegembiraan. Mereka merasakan euforia ketika hubungan berjalan lancar dan cenderung menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hari-hari mereka. Dan mengapa remaja itu susah itu mengatur emosinya? Menurut Soegarda Poerbakawatja (1982) dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004; 62-63) menyatakan bahwa emosi adalah suatu respon terhadap suatu perangsang yang mennyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk meletus. Dan masa remaja adalah masa peralihan fase dari anak-anak menuju dewasa, tentunya ada perubahan baik fisik dan juga perkembangan otak untuk mengatur logika. Dan hasil dari angket yang telah disebar mengenai regulasi emosi pada remaja, mereka memiliki regulasi emosi yang sudah cukup tinggi. Dengan arti mereka sudah bisa mengatur emosinya dengan baik.

Namun masa iya sih pacaran dapat mengatur emosi remaja? Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat remaja untuk mengatur emosinya cenderung tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara yang saya lakukan dengan beberapa remaja dengan usia 17-19 tahun yang sedang menjalin hubungan pacaran. Banyak remaja yang merasa lebih sensitif, cemas, dan stres, serta mengalami kesulitan dalam mengelola emosi negatif. Dan minimnya kesadaran akan pentingnya pengelolaan emosi dan keinginan untuk perubahan positif muncul selama berpacaran. Hal ini dapat dikategorikan bahwa beberapa remaja memiliki regulasi emosi yang rendah, kenapa ya? Menurut penelitian yang dilakukan Ubaidillah (2014) menemukan emosi yang dialami remaja dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pada remaja. Kemampuan pengelolaan emosi yang rendah membuat remaja tidak berpikir panjang akan konsekuensi dari sebuah keputusan, sehingga remaja mengambil keputusan yang tidak tepat.

Nah lalu gimana sih remaja bisa memiliki regulasi emosi yang tinggi dan menjadi remaja yang bijaksana? Ada beberapa hal nih yang kalian bisa terapin buat yang sudah punya pacar ataupun yang belum. Yang pertama kalian bisa menjalin komunikasi secara terbuka dengan orangtua atau orang kamu percaya (selain pacar) hal ini bisa sangat membantu kamu untuk mengurangi beban emosi kamu. Ketika kamu merasa tertekan atau bingung, mendengarkan pendapat atau hanya sekadar curhat kepada orang yang kamu percayai dapat memberikan dukungan positif untuk diri kamu. Yang kedua kalian bisa ajak diskusi tenang untuk mencari jalan tengah yang menguntungkan semua pihak. Dengan hal ini konflik tidak hanya diselesaikan tetapi juga bisa mempererat hubungan. Yang ketiga kalian bisa memiliki waktu sendiri "me time" karena gak semua masalah kamu bisa diceritain ke pacar kamu, kamu bisa cari orang yang bisa dipercaya dan lebih ahli. Yang keempat, kamu harus tetap menjaga Kesehatan diri kamu sendiri , jangan overthinking dengan pacarmu ya!karena sehat itu mahal!. Dan yang terakhir adalah jangan ragu kalian bisa mencari bantuan konselor. Karena jika kamu merasa depresi atau cemas, tidak ada salahnya untuk mencari terapi atau dukungan profesional. Mereka dapat memberikan alat dan strategi yang kamu butuhkan untuk mengatasi masalahmu dengan lebih baik. Ingat, mencari bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan.

Daftar Pustaka

Hasmarlin, H. (2019). Regulasi emosi pada remaja laki-laki dan perempuan.

Azmi, N. (2015). Potensi emosi remaja dan pengembangannya. Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial, 2(1), 36-46.

Fauzi, T., & Sari, S. P. (2018). Kemampuan mengendalikan emosi pada siswa dan implikasinya terhadap bimbingan dan konseling. Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline