Lihat ke Halaman Asli

Katalisator Ekonomi Hijau Indonesia, BPDPKS Aktif Dukung Hilirisasi Sawit Berkelanjutan

Diperbarui: 24 Oktober 2024   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by wirestock on Freepik

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Berdasarkan laporan Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Kelapa Sawit 2024 oleh Kementerian Pertanian, Indonesia memasok 52,55% kebutuhan kelapa sawit di dunia, dengan volume ekspor mencapai 38,23 juta ton pada tahun 2023.

Selain mengekspor bahan baku, pemerintah juga berkomitmen untuk terus melakukan hilirisasi kelapa sawit, yaitu mengembangkan dan mengolah komoditas kelapa sawit menjadi produk-produk turunan yang bernilai tambah lebih tinggi daripada produk mentah. Untuk menjawab tantangan ini, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan aktif dalam mengelola dana guna mendukung pengembangan komoditas kelapa sawit secara berkelanjutan.

Sebagai lembaga yang mengelola dana hasil pungutan sawit dari para pelaku usaha, BPDPKS memiliki peran strategis dalam menghimpun dan mendistribusikan dana, salah satunya pada program penelitian dan pengembangan inovasi sektor kelapa sawit. Tujuan program ini mencakup peningkatan pengetahuan terkait pemuliaan, budi daya, pascapanen, pengolahan hasil, pengembangan industri, pasar, serta rantai nilai produk dari hulu ke hilir. Harapannya, Indonesia tidak hanya mengekspor minyak sawit, tetapi juga mampu menghasilkan produk hilirisasi kelapa sawit yang bernilai tambah.

Program pendanaan penelitian dan pengembangan dari BPDPKS ini diberikan melalui dua jalur utama yaitu Program Grant Riset Sawit yang dilaksanakan oleh lembaga penelitian dan Program Lomba Riset Sawit untuk mahasiswa. Berdasarkan data capaian program penelitian dan pengembangan, hingga saat ini, sebanyak 950 peneliti dan 383 mahasiswa telah menerima pendanaan dengan 7 bidang penelitian yang didukung. Program ini telah menghasilkan berbagai inovasi, terutama dalam pengembangan produk hilirisasi kelapa sawit, seperti pemanfaatan residu pengolahan sawit untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi.

Produk hilirisasi kelapa sawit mencakup berbagai industri, termasuk bahan bakar alternatif berupa biodiesel yang berperan penting dalam transisi energi terbarukan, serta biomaterial yang dimanfaatkan untuk pembuatan helm proyek, rompi antipeluru, dan bioplastik yang sudah dikomersialisasikan. Inovasi-inovasi ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani, tetapi juga memperkuat ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.

Dilansir dari laman bpdp.or.id, menurut anggota Komite Litbang BPDPKS, Tony Liwang, dalam Rapat Koordinasi Nasional Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan pada bulan Maret lalu, "hampir semua dari pohon sawit dapat menghasilkan berbagai produk hilir. Bahkan nilai tambahnya lebih banyak dari minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO)". Konsep ini mendukung ekonomi sirkular, di mana limbah dari proses industri dapat diolah kembali menjadi produk yang bermanfaat.

Hilirisasi produk kelapa sawit yang didorong oleh BPDPKS berpotensi besar meningkatkan pendapatan negara melalui produk bernilai tambah yang menjadi sumber pemasukan baru. Dengan pengelolaan dana yang efektif dan dukungan terhadap penelitian serta inovasi, BPDPKS telah berhasil mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan, sekaligus mendorong transformasi industri kelapa sawit Indonesia menjadi lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Selain itu, BPDPKS juga mendanai program Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) untuk meningkatkan produktivitas lahan perkebunan petani sawit dan mengurangi risiko pembukaan lahan ilegal. Hingga 31 Mei 2023, Program Peremajaan Sawit Rakyat telah berhasil merealisasikan dana PPKS seluas 282.409 hektar yang melibatkan 124.152 petani yang tergabung dalam kelompok tani (Gapoktan). Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan hasil produksi, tetapi juga memastikan pengelolaan perkebunan kelapa sawit dilakukan secara berkelanjutan dengan praktik ramah lingkungan.

Sebagai Badan Layanan Umum (BLU) di bawah naungan Kementerian Keuangan, BPDPKS telah menunjukkan perannya sebagai katalisator yang mempercepat pertumbuhan ekonomi hijau Indonesia, terutama di sektor kelapa sawit. Melalui pengelolaan dana untuk mendukung penelitian, pengembangan, dan inovasi produk hilirisasi, BPDPKS berhasil menciptakan ekosistem berkelanjutan yang memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan. Upaya ini tidak hanya meningkatkan penerimaan negara, tetapi juga mendukung Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, sekaligus memperkuat daya saing industri kelapa sawit di pasar global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline