Lihat ke Halaman Asli

Ananda Sukarlan, Terlalu Lama Hidup di Luar Negeri, Lupa Adat Istiadat Ketimuran

Diperbarui: 16 November 2017   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada hari Sabtu, 11 November 2017, dalam rangka memperingati 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius, sekolah yang konsisten sampai sekarang hanya untuk laki-laki yang bertempat di Menteng Raya ini untuk pertama kalinya memberikan Penghargaan Kanisius ke 5 alumni dari berbagai generasi. 5 alumni ini tersaring dari 95 finalis yang menjadi kandidat. Mereka adalah Ananda Sukarlan (komponis & pianis), Derianto Kusuma (pendiri Traveloka), Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka) dan Dr. Boenjamin Setiawan (pendiri Kalbe Farma).

Hadir dan memberi pidato pembuka di acara akbar di JIFest yang dihadiri oleh ribuan alumni Kanisius kemarin, Sabtu 11 November ini adalah gubernur Jakarta, Anies Baswedan. Saat ia memberi pidato, Ananda Sukarlan berdiri dari kursi VIPnya dan walk out menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap pidato Anies. Aksi ini kemudian diikuti oleh ratusan alumni dan anggota hadirin lainnya. Setelah memberikan pidatonya yang disambut dengan dingin oleh hadirin yang tinggal, Anies Baswedan meninggalkan tempat. Hadirin yang tadinya walk out pun memasuki ruangan kembali.

Saat pemberian penghargaan kepada 5 tokoh ini, Ananda mendapat giliran untuk pidato selama 10 menit. Di pidato itu setelah ia mengucapkan terimakasih, ia juga mengkritik panitya penyelenggara. "Anda telah mengundang seseorang dengan nilai-nilai serta integritas yang bertentangan dengan apa yang telah diajarkan kepada kami. Walaupun anda mungkin harus mengundangnya karena jabatannya, tapi next time kita harus melihat juga orangnya. Ia mendapatkan jabatannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius. Ini saya tidak ngomong politik, ini soal hati nurani dan nilai kemanusiaan", katanya.

Banyak yang menyayangkan aksi walk out yang dilakukan Ananda Sukarlan ini. Sebagian besar orang menanggapi bahwa aksi ini mencerminkan ketidaksopanan, karena memang demikianlah menurut adat istiadat bangsa kita. Namun, perlu kita ketahui bahwa Ananda Sukarlan sudah hidup di Eropa semenjak umur 18 tahun, dimana adat istiadat Barat berbeda dengan adat istiadat Timur. Di Barat, aksi walk out merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Bila seseorang tidak suka terhadap sesuatu, mereka bebas melakukan walk out. Sehingga Ananda Sukarlan sendiripun tidak menyadari bahwa aksi walk out yang dilakukannya adalah tindakan yang tidak sopan di Indonesia. Maka, mengenai ketidaksopanan, sesungguhnya Ananda Sukarlan tidak bisa sepenuhnya disalahkan, sebab ia memang tidak tahu. Kesalahan pokoknya adalah ia tercampur oleh adat istiadat Barat, hingga melupakan adat istiadat bangsanya sendiri. Yang lebih disayangkan adalah orang-orang yang mengikuti aksi walk out yang dilakukan Ananda Sukarlan, sebab orang-orang tersebut tahu adat istiadat ketimuran, namun tetap melakukannya.

Dari kasus walk out yang dilakukan Ananda Sukarlan ini, bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa kita harus bisa menempatkan diri dan menyesuai dengan kebiasaan dan adat istiadat di tempat dimana kita berada, sehingga hal serupa ini tidak akan terjadi kembali.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline