Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian pada balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia, setiap detik satu balita meninggal karena diare. Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan sering BAB lebih dari tiga kali dalam sehari, dengan kondisi tinja yang lembek dan encer, kadang disertai dengan rasa sakit dan melilit pada perut. Cairan yang hilang karena diare dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak, dan dehidrasi yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian.
Adapun faktor beberapa faktor timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman dan bakteri melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan penderita, lalat yang hinggap pada makanan, faktor perilaku manusia dari kebersihan perorangan, serta adanya kuman yang masuk ke tubuh manusia melalui air tercemar, karena air merupakan salah satu media penularan penyakit diare.
Balita mudah mengalami diare karena perilaku hidup ,masyarakat yang kurang baik dan keadaan lingkungan yang buruk. Balita organ tubuhnya masih sensitif terhadap lingkungan, sehingga balita lebih mudah terserang penyakit dibandingkan orang dewasa, balita rawan penyakit terutama penyakit infeksi seperti diare. Faktor risiko yang bermakna dan saling mempengaruhi terhadap terjadinya diare adalah mencuci tangan dan kelengkapan imunisasi. Dalam upaya pencegahan diare pada anak selain memperhatikan faktor lingkungan juga faktor perilaku manusia. Oleh karena itu perlu meningkatkan keterlibatan keluarga, khususnya ibu perlu meningkatkan kemampuan untuk bisa berperan aktif dalam upaya kesehatan keluarga dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
PHBS merupakan semua perilaku kesehatan yang dilakukan karena kesadaran pribadi sehingga keluarga dan seluruh anggotanya mampu menolong diri sendiri pada bidang kesehatan serta memiliki peran aktif dalam aktivitas masyarakat. Dengan menggunakan sumber air bersih dan disertai dengan kebiasan berperilaku hidup bersih dan sehat diharapkan dapat menurunkan kasus diare sebesar 22-27%. Untuk cakupan penggunaan air bersih dengan sumber air sumur pompa/sumur bor sebesar 70%,air sumur gali sebesar 40%, dan untuk cakupan kepemilikan jamban sebesar 32%.
Sumber air bersih salah satu media transmisi penyakit yang berkaitan dengan diare. sumber air bersih yang tercemar dapat disebabkan oleh, kebiasan masyarakat untuk membuang kotoran sembarangan ataupun jarak septictank yang terlalu dekat dengan sumber air. Yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita, serta kualitas fisik air seperti bau dan kekeruhan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Host dapat terjadi melalui air terutama air minum yang tidak dimasak dapat terjadi sewaktu mandi dan berkumur. Cuci tangan dianggap hal yang sepele, namun belum tentu setiap orang bisa melakukan cuci tangan dengan baik dan benar, berbagai penyakit dapat dicegah dengan mencuci tangan dengan baik dan benar, termasuk penyakit diare pada balita. Perlunya penyediaan saluran pembuangan air limbah untuk menghindari genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Air limbah yang tidak dikelola terlebih dahulu dapat menyebabkan transmisi atau media perkembangan mikroorganisme patogen, serta penyebaran penyakit yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme, seperti penyakit diare dan jenis penyakit menular lainnya.
Setiap orang tua harus menjaga kesehatan dirinya untuk kesehatan anak-anak sendiri. Balita yang diberi ASI eksklusif memiliki keunggulan yaitu mengandung zat kekebalan, karena anak yang mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki kekebalan terhadap penyakit infeksi salah satunya infeksi saluran pencernaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H