Lihat ke Halaman Asli

Rena Sholihah

Mahasiswi

Review Novel "The Chronicles of Drakulesti (The Destiny)"

Diperbarui: 24 Juni 2021   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Khilafah Press

Judul buku: The Chronicles of Drakulesti (The Destiny)
Penulis: Sayf Muhammad Isa
Penerbit: Khilafah Press
ISBN: 978-602-97164-7-4
Ukuran: 20,5x14,5
Tebal buku: 165 halaman
Tahun terbit: 2013

"Mehmed, lihatlah! Di depan, jauh di depan sana, di sanalah Konstantinopel, kota itu adalah salah satu pusat dari kekufuran. Ibukota Romawi Timur yang sangat kuat. Kota itu akan jatuh ke dalam kekuasaan Islam. Dan engkaulah, insyaallah, yang akan menaklukanya kelak". Itulah yang dikatakan Sultan Murad, ayah  Muhammad Al Fatih kepada anaknya. Keinginan dan cita-cita mulia dalam diri seorang ayah agar anaknya kelak menjadi pewujud cita-cita agung janji Rosulullah Saw tersebut, dan menjadi seorang yang tegas dalam menegakkan hukum Allah SWt, serta berjihad di jalan-Nya.

Buku ini adalah serial fiksi sejarah yang berkisah tentang perang yang terjadi di abad pertengahan, yang menggambarkan betapa agungnya penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad al Fatih; kekejaman Drakula terhadap prajurit khilafah Islam. dan takdir yang mempertemukan keduanya dalam berbagai pepertempuran.

Kisah ini membuat mata kita terbuka akan keagungannya, dan membakar semangat kita untuk berjihad di jalan Alah SWt karena kegigihan dan semangat para Mujahidin dalam menegakkan Kalimatullah, serta menebarkan kesejahteraan dan ilmu pengetahuan kepada dunia.

Penulis menuangkan kecintaannya dalam sejarah dengan menuliskannya kedalam fiksi-sejarah, dan bukan hanya fiksi sejarah biasa, melainkan "Fiksi-Sejarah-Islam-Ideologis". Yaitu sebuah karya fiksi yang inspirasinya digali dari sejarah keagungan Islam, dan mengadopsi pemikiran Islam-ideologis dalam rangkaian alur ceritanya. Kisah dalam novel ini adalah fiksi, dan hanya khayalan penulis, namun, beliau menjadikan sejarah Islam sebagai sumber inspirasinya. Jadi, tidak akan membuat pembaca merasa bosan dan khawatir dengan khayalan penulis.

"Orang-orang turk (istilah yang digunakan orang-orang Barat pada abad pertengahan untuk menyebut siapapun yang masuk Islam) hanya menaati satu perintah, perintah Bayazid, sultan mereka, bukan yang lain. Artinya dengan begitulah mereka menjaga persatuan dan kesatuan komando di antara mereka. Selama Bayazid memerintah berdasarkan kebenaran yang mereka yakini, Islam, bahkan ke dalam api pun mereka pasti akan menaatinya. Di sanalah letak kekuatan mereka, sementara bagaimana keadaan kita? Kita bergerak dengan hawa nafsu dan ego masing-masing". Suara hati seorang jendral yang bernama Jonas Hunyadi kepada rajanya, raja Hongaria, Sigismund. Ya benar, kesatuan dan persatuan adalah kunci dari kemenangan, bukan seperti buih di lautan, jumlahnya banyak tapi tidak ada kekuatan di dalamnya. Dengan iman dan takwalah kita menjadi kuat.

Buku ini sangat memotivasi kita untuk mengetahui dan menggali apa yang  sebenarnya terjadi dalam perjalanan sejarah Islam.

Siapapun yang membaca buku ini, tidak akan puas hingga melahap habis semua isinya, karena kita seperti dibawa ke dalam Medan perang, dengan perasaan yang membara berjuang bersama para Mujahidin melawan kezaliman dan kekufuran. Berharap jika diri ini berada dalam situasi yang sangat istimewa tersebut. Lafadz takbir pun selalu menghiasi setiap lisan pembaca.

Alurnya yang maju mundur, membuat pembaca merasa penasaran dan mengajak pembaca untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya.

Dari buku ini juga kita dapat mengetahui tentang tatanan kehidupan Islam yang sebenarnya.
Saya menyarankan khususnya bagi para remaja untuk membaca buku ini, karena saat ini, kita sangat minim akan pengetahuan tentang sejarah perkembangan Islam, dan perjuangan di dalamnya. Buku ini bukan hanya satu jilid, jadi baca juga jilid-jilid selanjutnya ya.. karena ceritanya bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline