Lihat ke Halaman Asli

Renal Wijaya Kusuma

Author and connoisseur of literature

Harlena Paskaria Wowor, Ingin Masyarakat Lebih Taat dan Terbuka Mengenai Covid-19

Diperbarui: 3 Agustus 2020   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harlena Paskaria Wowor | dokpri

Sejak pemerintah menkonfirmasi virus Corona pada 2 maret lalu, Jumlah kasus virus Corona (Covid-19) di Indonesia terus meningkat. Hingga hari ini, akumulasi kasus positif telah mencapai 109.936 orang.

Sementara itu, jumlah pasien yang dinyatakan sembuh telah mencapai 67.919 dan yang meninggal menjadi 5.193.

Sedangkan pada data Global, jumlah yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 17.396.943 dan yang meninggal menjadi 675.060 jiwa.

Sebagai seorang yang bekerja di badan kesehatan, Harlena Paskaria Wowor, menilai meningkatnya kasus Covid-19 merupakan hal yang wajar dikarnakan masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa.

“Itu hal yang wajar karna manusia tetap beraktivitas 100% dan 30% melakukan aktivitas secara normal tanpa menggunakan masker, cuci tangan, dan lain-lain untuk menjaga kebersihan diri.” Kata Harlena.

Wanita lulusan Poltekkes Kemenkes Manado, Jurusan Analisis Kesehatan tahun 2017 ini, mengatakan bahwa masyarakat yang tidak mengikuti protokol pemerintah untuk tetap bertahan dirumah, tidak sepenuhnya salah. Baginya itu merupakan hal yang wajar, mengingat bahwa manusia perlu bekerja untuk kebutuhan hidup mereka.

“Menurut saya itu juga hak mereka karna setiap orang punya pendapat dan hak masing-masing. Memiliki pendapat itu hal yang baik, tapi goalnya ada dan dampak positif juga ada. Untuk yang tidak bisa berdiam diri dirumah demi kebutuhan perekonomian itu hal yang wajar secara manusia. Dengan menggunakan masker dan melakukan kebersihan diri saya rasa sudah cukup dan bisa beraktivitas seperti biasa.” Ujar Harlena.

Hal itu dibenarkan dengan bagaimana Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data orang yang mengalami guncangan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Hingga 70,53% masyarakat mengalami penurunan pemasukan.

Mengutip dari Databoks, masyarakat miskin dan rentan miskin masuk dalam kelompok berpendapatan paling rendah, yakni kurang dari Rp 1,8 juta. Berdasarkan perhitungan dari 87.379 responden, mereka mengalami penurunan terbesar dibanding pekerja lainnya. Sebanyak 70,53% responden dari kelompok yang rata-rata diisi para pekerja di sektor informal itu pendapatannya berkurang.

Sebaliknya kelompok dengan pendapatan terbesar juga mengalami penurunan. Namun hanya 30,34% responden dari kelompok dengan pendapatan lebih dari Rp 7,2 juta yang merasakan tekanan pendapatan. Persentase tersebut sekaligus menjadi yang terkecil dibandingkan kelompok pendapatan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline