Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Menjadi Sebuah Kenangan

Diperbarui: 26 September 2019   07:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Entah apa alasannya pada saat itu niat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMA dengan jalur prestasi. Pada saat itu aku ingin masuk ke salah satu sekolah di kotaku dengan menggunakan jalur prestasi yaitu Paskibra. Kalau di ingat-ingat aku pun heran mengapa ingin seperti itu.
     
Pada saat aku mendaftar itu berbarengan dengan bulan Ramadhan. Aku bersama seorang teman yang bernama Tiza. Tiza itu adalah teman dekatku di SMP, karena kita sama-sama akan masuk melalui jalur prestasi, jadi kita memilih sekolah yang sama. Kisah kita pun di mulai.

Pagi hari saat hari pertama pendaftaran dibuka, terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu sambil berteriak " bangun sudah siang, nanti kamu terlambat untuk pendaftaran lagi, memangnya kamu berangkat jam berapa? " ujar ibuku. " jam 8 bu" sautku. 

Akupun langsung terbangun dari tidurku lalu bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi mendaftar ke sekolah itu, aku pun pergi bersama Tiza. 

Sesampainya disana aku dan temanku Tiza terkejut karena banyak sekali orang yang mendaftar disana melalui jalur non akamedik atau jalur prestasi. Disana kita berdua mengurus semua persyaratan, surat-surat yang di butuhkan, pokoknya kita saat itu mengurus semua pendaftaran itu secara mandiri. 

Aku dan Tiza mengambil nomor antrian dan kita pun mendapat nomor ratusan, padahal pada saat itu masih pagi hari. Setelah akhirnya giliran aku dan Tiza pun tiba, saat di cek oleh panitia ternyata syarat yang kita bawa itu kurang lengkap, jadi panitia menyarankan kenapa kita untuk kembali lagi esok hari dan kita pun akhirnya pulang.

Esok harinya aku dan temanku kembali lagi untuk mendaftar dengan membawa semua persyaratan yang akan dilampirkan, sama seperti kemarin banyak sekali orang yang mendaftar melalui jalur prestasi ini dan kami berfikir akan semakin banyak saingannya nanti untuk bisa masuk ke sekolah ini. Kami disuruh datang kemari 3 hari lagi untuk mengikuti tes fisik. 

Hari itu pun tiba, saat sampai disana ternyata benar saingannya itu banyak sekali, dan tes pun di mulai.Saat itu terik matahari yang begitu panasnya seakan-akan membakar  saat itu dan menahan haus karena sehari itu kegiatan di lapangan.
     
Setelah menunggu 3 hari dari tes tersebut, akhirnya hari pengumuman pun tiba. Pada saat itu aku diantar oleh ayahku, dan saat membuka surat yang berisi pengumuman perasaanku deg-degan dan saat dibuka ternyata aku dan temanku tiza sama-sama tidak keterima disekolah itu. Perasaan kecewa menghampiriku saat itu, semua usaha yang aku lakukan gagal. 

Pada saat itu ayahku langsung menyuruhku untuk daftar ke SMA yang lain saja. Saat itu aku memutuskan untuk mendaftar ke SMA terfavorit dikotaku. Berbeda dengan temanku tiza, dia memilih tetap mendaftar di sekolah itu alhasil kita sekarang berbeda sekolah.
     
Akhirnya aku diterima disekolah terfavorit dikotaku dan mendapat begitu banyak teman baru, pengalaman baru dan menjadi kebanggaan tersendiri, dan semua usaha yang kemarin aku lakukan itu kini menjadi sebuah cerita, kenangan, pengalaman sendiri yang tidak bisa kulupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline