Lihat ke Halaman Asli

Ayu Lorena

Mahasiswa Jurnalistik

Secuil Kisah dari Penumpang Bus TMP

Diperbarui: 4 Juni 2024   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Syalma memulai perjalanannya dari halte SD Lenkong TMP (Trans Metro Pasundan) koridor 3D menuju halte di sekolah Ganesa. Syalma melanjutkan perjalannya dari halte PT Inti menggunakan TMP koridor 5 untuk sampai di Unpad Jatinangor. 

Seperti biasa Syalma memilih metode pembayaran non tunai karena praktis. Tinggal tempelkan kartu e-money ke mesin scan, otomatis saldo di kartunya akan berkurang sebesar Rp 2000. Keuntungan itu bisa diperoleh oleh pelajar atau mahasiswa, lansia, dan penyandang disabilitas asalkan sudah mendaftarkan kartu e-money di website resmi Teman Bus.

Hal itu juga yang mendasari Linda memilih menggunakan transortasi umum TMP. 

"Jelas karena tarifnya lebih murah. Apalagi sebagai mahasiswa ada tarif khusus dan pembayarannya menurut aku sangat membantu dan sangat efektif karena cuma tap satu kali" 

Sementara itu, bagi pengguna umum akan dikenakan biaya sebesar Rp 5000. Pengguna juga dapat membayar melalui scan qris baik yang Rp 2000 maupun Rp 5000. 

Bicara soal metode pembayaran, pengalaman kurang mengenakan pernah dialami oleh Ningsih. Ningsih naik TMP dari Bandung. Saat hendak men-scan qris, sistem pembayaran tersebut error. Hal itu memang kadang-kadang terjadi. Kadangkala mesin scan kartu e-money juga harus di-reset ulang. Lalu sopir menyarankan untuk membayar saat turun. 

Tidak terasa satu setengah jam berlalu. Bus TMP telah tiba di halte IPDN A Jatinagor. Ningsih mencoba men-scan qris lagi, namun hasilnya nihil. Ningsih mencoba berkali-kali namun tetap tidak berhasil.  

Sementara itu, para penumpang lain berseru-seru, mengomel karena Ningsih terlalu lama. Sang sopir pun menyuruh Ningsih untuk membayar uang tunai. Ningsih tidak mau karena dia khawatir jika uang itu akan digunakan untuk kentingan supir sendiri.

Sang supir memaksa, begitupun para penumpang lain. Ningsih terdesak. Ningsih tidak punya pilihan lain. Dia membayar uang tunai Rp 10.000 untuk dirinya an temannya. Turun di halte mereka mengomel, merasa sangat kesal. Ini bukan cuma soal jumlah uangtapi pertanggungjawaban atas uang tersebut.     

Syalma tertidur di bus, meski tidak nyenyak. Dia memang sering tertidur di Bus TMP dan terbangun ketika sampai di halte IPDN A Jatinangor. Syalma tidak merasa khawatir, sebab bus selalu otomatis memberikan pemberitahuan setiap kali tiba di halte.    

"Fun fact kalau misalkan busnya masuk gerbang tol pasti langsung tidur. Nanti bangun-bangun pas kedengeran "halte IPDN" nanti baru bangun".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline