Rencana menyelam di Pulau Komodo kali ini sudah lama disusun. Biaya trip sudah dicicil sejak lama. Tiket pesawat pun sudah dibeli sebelumnya. Melewati banyak pertimbangan dan kegalauan karena pandemi Covid19, akhirnya tanggal 13-17 Agustus 2020 trip Komodo tetap bisa dilaksakan. Puji Tuhan sampai saat ini kami semua dalam keadaan sehat.
KEBERANGKATAN - WINGKOL
"Drama" gonta-ganti tiket pun harus dialami, karena tiket direct Bandara Soekarno Hatta - Bandara Komodo yang sudah dibeli,dibatalkan pihak Citilink. Saya dan beberapa teman membeli tiket baru, Batik Air.
Tanggal 12 Agustus 2020 subuh, saya membaca di group dan email, ternyata Batik membatalkan penerbangan, walaaaahh.... langsung saya ajukan refund dan membeli tiket baru Garuda. Padahal kami menyangka bahwa sudah hari tenang, tinggal angkat koper dan berangkat. Untungnya Garuda berkomitmen, tidak ada pembatalan atau perubahan jadwal, dan kami bisa berangkat.
Melewati pemeriksaan, pengecekan Rapid test dan surat keterangan dari Rumah Sakit. Setiap kami serius mempersiapkan kesehatan pribadi, mengikuti protokol kesehatan, tetap menjaga jarak aman dengan orang lain. Tempat duduk di dalam pesawat diatur aman, walaupun ada penumpang lain yang duduk di depan dan di belakang saya.
Mendarat di Bandara Internasional Komodo, kaki ini kembali menginjak bumi Labuan Bajo, di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Melewati lagi pemeriksaaan yang menurut saya agak lambat karena pemeriksaan aplikasi eHAC Indonesia yang sudah dilengkapi malah lebih ribet dibanding dengan pemeriksaan form manual hahaha.
Syukurlah semua berjalan lancar. Team @cndivekomodo sudah menyambut kedatangan kami, mengantar ke rumah makan terdekat yang searah ke pelabuhan supaya kami bisa makan siang. Kapal yang mengantar kami menuju Wingkol sudah siap. Wingkol menjadi rumah kami selama trip ini.
Wingkol berada di daratan yang sama dengan Labuan Bajo. Dari arah laut menuju darat, terlihat deretan tujuh pondok bergaya rumah panggung di tepi pantai dengan latar pemandangan bukit yang sedang kering menguning akibat musim panas.
Di kunjungan tahun sebelumnya saya berkesempatan menikmati tempat ini dengan pemandangan bukit berwarna hijau karena sedang musim hujan.
Saya dan Dewi menempati pondok paling pinggir di sisi kanan (menghadap pantai). Di dalamnya ada tempat tidur kayu berkelambu, rak kayu untuk menyimpan barang, toilet dan dilengkapi dengan Air Conditioner.