Masih lanjutan kisah jalan-jalan ke Yogjakarta. Kali ini khusus membagikan pengalaman dan informasi kuliner saat kami disana. Setiap kali ke Yogya, gudeg pasti (99%) menjadi menu andalan yang harus dinikmati. Yogya tidak bisa dipisahkan dari gudeg.
Gudeg (ejaan bahasa Jawa: gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jatiyang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahudan sambal goreng krecek. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Gudeg )
GUDEG YOGYA, MALIOBORO
Saat di Yogya, kami makan gudeg di Malioboro. Ada banyak pilihan tempat lesehan dan variasi menu yang menu utamanya tetap adalah gudeg. Kami tidak mau bingung memilih dari sekian banyak pilihan di sepanjang jalan trotoar Malioboro. Kami memilih yang saat itu dekat denan tempat kami berdiri, tersedia tempat, dan ada beberapa pengunjung lain yang sedang makan.
KOPI BUKAN LUWAK
Pak Jarot, yang mengantar kami dengan mobil Elf nya mereferensikan tempat makan siang. Sebelum tiba di Kopi Bukan Luwak, beliau memberikan gambaran suasana dan menu rumah makan ala desa. Sepertinya seru juga mencoba suasana seperti yang digambarkan. Menunya sudah pasti selera Jawa, selera Nusantara.
Alamat : Jl. Kaliurang No.17, Kledokan, Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman,DIY
Suasana desa langsung terasa saat baru saja menginjakkan kaki di halaman. Bangunan rumah kayu dengan pintu terbuka menyambut kami. Kami memilih makan di pendopo halaman belakang untuk menghindari asap rokok di dalam ruangan. Di setiap meja memang disediakan rokok kaung tradional yang boleh bebas dinikmati oleh pengunjung.
Pengunjung boleh mengambil sendiri makanan sesuai selera dan porsi yang diinginkan. Ada banyak pilihan menu sayur dan lauk. Menurut saya, rasanya memang cenderung manis, khas selera orang Jawa, walaupun kelihatan banyak lomboknya. Saya pertama kali mencicipi Bongko; pepes kukusan berbahan kacang tolo dan kelapa parut. Buntil sudah saya kenal dan suka juga, pepes kukusan berbahan daun talas dan kelapa parut.
Saya memilih menu Mangut Bawal karena terlihat segar dan masih panas karena baru saja ditambahkan dari dapur.
Suasananya enak untuk makan sambil bersantai menikmati. Hanya kami kecewa di bagian pembuatan dan pemesanan kue Carabikang, karena antrian pesanan tidak jelas. Kami sudah memesan, ditunda terus dan yang baru datang malah mendapat duluan. Terpaksa kami batalkan dan saat membayar kami keluhkan ke bagian kasir. Maksudnya supaya kemudian bisa diatur dan dikelola lebih baik supaya bisa memuaskan pelanggan. Sebenarnya lebih baik bila diberikan nomor antrian yang jelas.