Dalam perjalanan kembali dari Tana Toraja mendekati Kota Makassar, kami singgah di Ramang-Ramang. Berada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, sekitar 10 jam dari Tana Toraja atau 2 jam perjalanan mobil sejauh 40 Km dari Kota Makassar.
Kami tiba saat masih gelap subuh, masih ada waktu untuk melanjutkan tidur, bersih-bersih dang anti pakaian. Berperahu selama sekitar 20 menit, menikmati pemandangan di sisi kiri dan kanan sungai. Melewati dinding batu yang terbelah membentuk jalur sempit sungai. Warna air memberi keraguan bawa ada buaya didalamnya, tetapi kata Bapak yang kapten perahu, tempat ini aman, bebas buaya.
Rencananya melihat matahari terbit dari tempat ini, tapi sesuai dengan nama Ramang yang berarti awan atau kabut, sepertinya pagi ini matahari masih mengantuk dan berselimut awan.
Rammang-Rammang terkesan seperti gadis desa yang masih polos, cantik tanpa riasan, menggoda dan membuat penasaran, memiliki magnet untuk didekati. Misterius dalam kisah masa lalu, menjadi permata wisata Nusantara yang masih tersimpan.
KAMPUNG BERUA
Saya ketik kembali dari papan tulisan tentang Kampung Berua :
"Ribuan tahun yang lalu kampung berua adalah sebuah danau besar di tengah perbukitan karst, yang karena proses yang terjadi selama ribuan tahun menjadikan tempat ini memiliki magnetnya tersendiri, bukti-bukti proses itu kini bisa dilihat dari retakan-retakan yang menjulang dan cekungan batuan di sisi bukit-bukit yang membentuk aliran sebagai gerbang kampung berua.
Kampung berua berarti "Kampung Baru" karena secara administrative kampung ini adalah kampung termuda yang ada di Dusun Ramang-Ramang dengan segala kearifan dan budaya lokal yang masih terjaga. Kampung berua adalah ikon Geowisata Kampoeng Karst Ramang-Ramang Salenrang."
Menurut Wikipedia, Rammang-Rammang merupakan kawasan karst terbesar ketiga di dunia setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok. ( Sumber : wiki/Rammang-Rammang ). Dari keterangan diatas, Rammang-Rammang adalah tempat yang cocok bagi penyuka Geowisata. Dengan tarif retribusi murah seharga Rp 5,000.00 /orang, bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan yang mempunyai nilai sejarah bentukan yang tak ternilai.
Udara segar dan bersih, hampir bebas polusi kecuali asap rokok dari teman hehehehe. Berjalan-jalan di pematang sawah, melewati empang, memetik buah rambusa liar yang saya kenal sejak kecil. Rasanya saya bisa betah tinggal disini selama beberapa hari sambil menikmati sepinya tempat ini.
Serius ??!! ...