Sejak lama Tana Toraja yang luar biasa ini masuk dalam daftar tempat yang ingin saya datangi. Terlintas dalam hati dan pikiran setiap kali saya singgah di Makassar. Akhirnya saya kesampaian menjejakkan kaki disana dalam perjalanan setelah turun dari Gunung Latimojong, Enrekang, Sulawesi Selatan. Melewati pemandangan alam di sekitar pinggir jalan Enrekang yang mengagumkan.
Toraja adalah salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Diperlukan sekitar 12 jam perjalanan darat dari kota Makassar. Dalam peta Sulawesi Selatan tampak letak Toraja (pulpen merah muda), yang berada di atas Makassar (pulpen merah).
BUDAYA MAKAM SUKU TORAJA
Toraja terkenal dengan warisan adat istiadat dan budaya yang unik. Tradisi memakamkan jenazah yang diwariskan turun temurun hingga saat ini. Pemakaman dengan meletakkan jenazah di dalam goa alami, meletakkan peti di tempat terbuka di sekitar goa makam, dimasukkan ke dalam lubang di tebing, atau dimasukkan dalam peti kayu kemudian diletakkan di dinding tebing dengan menggunakan penyanggah.
Pengunjungi yang datang ke Toraja sudah terbiasa dengan "wisata makam". Areal pemakaman di Londa, malah jelas ditulis sebagai objek wisata. Keunikan tradisi inilah yang menjadi alasan dan daya tarik banyak wisatawan domestic dan mancanegara.
Saat jiwa keluar meninggalkan raga dan menjadi jenazah, dimana manusia membutuhkan manusia lain untuk melakukan hal yang tidak lagi bisa dilakukan. Tradisi Toraja dan warisan sosial memberikan "jaminan" bagi kerabat yang telah meninggal. Walaupun jaman dan teknologi terus maju dan "kekinian", budaya tetap dilestarikan.
Adat istiadat masyarakat Toraja memperhatikan dan mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan kematian. Perlakuan dan penghormatan terhadap jenazah sampai daging tersisa tulang. Doa dalam ritual pemakaman mengantarkan jiwa.
WISATA MAKAM : DESA ADAT KETE KESU DI RANTEPAO
Melewati pasar seni, terdapat bangunan makam berbentuk rumah adat dari kayu yang disebut Patane. Delapan pilar kayu bangunan memagari peti berbentuk tabung. Patane besar yang ada di desa adat ini adalah makam keluarga. Ada delapan foto yang dipasang di bagian atasmenunjukkan jumlah yang telah dimakamkan disini. Peti dibuka bila ada yang akan dimakamkan atau di hari tertentu dengan upacara adat. Disamping Patane besar terdapat bangunan makam yang berbeda bentuk dan ukuran.
Melewati tangga menanjak tebing makam. Peti-peti kayu berukir, berbentuk perahu yang disebut Erong berukir ditopang dengan pondasi batu. Tengkorak kepala manusia diletakkan diatas peti. Rapuh tanda telah berumur tua, berlubang sehingga bisa melihat tulang-tulang didalamnya.
Memandang ke atas, terlihat makam gantung, peti diletakkan di tebing dengan kayu penyanggah. Ada juga yang dimasukkan ke dalam lubang tebing. Beberapa peti yang sekarang ada di bawah katanya memang diturunkan dari tebing karena kayu penyanggahnya sudah rapuh.