Banyak yang bertanya ke mana saya mengisi liburan Idul Fitri 13-20 Juni 2018. Jawabannya, mendaki Gunung Latimojong tanggal 19-24 Juni 2018. Pertanyaan selanjutnya, "Latimojong? Di mana itu?"
Banyak yang pertama kali mendengar nama Gunung Latimojong, menambah semangat saya untuk segera berangkat, pulang, menceritakan pengalaman dan menunjukkan keindahannya.
Gunung Latimojong adalah gunung tertinggi di Pulau Sulawesi. Berada di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Puncaknya bernama Rante Mario (3,478 mdpl) dan menempati urutan ke-5 dari 7 Summits Indonesia:
- Jaya Wijaya, Puncak Cartenz Pyramid 4,884 mdpl, Papua Barat, Irian Jaya
- Kerinci, Puncak Indrapura 3,805 mdpl, Sumatera Barat, Sumatera ( https://www.kompasiana.com/rena_rena/5a60a4255e13737ee9727164/pergantian-tahun-di-gunung-kerinci-bagian-2-kenangan-tak-terlupakan )
- Rinjani 3,726 mdpl, Lombok, Pulau Bali dan Nusa Tenggara ( https://www.kompasiana.com/rena_rena/5a38ada6dd0fa84a4f35de32/gunung-rinjani )
- Semeru, Puncak Mahameru 3,676 mdpl, Jawa Timur, Jawa ( https://www.kompasiana.com/rena_rena/5b30880616835f28ee5a27a2/senang-dan-seru-mendaki-gunung-semeru-3-676-mdpl )
- Latimojong, Rante Mario 3,478 mdpl, Sulawesi Selatan, Sulawesi
- Binaiya 3,005 mdpl, Pulau Seram, Kepulauan Maluku
- Bukit Raya, 2,278 mdpl, Kalimantan Tengah, Kalimantan.
20180619 Tangerang - Makassar - Baraka - Karangan
Terbang dari Soekarno Hatta International Airport di Tangerang, Banten dan mendarat dini hari di Sultan Hasanuddin International Airport di Makassar, Sulawesi Selatan.
Setelah mengambil bagasi, saya melanjutkan tidur di kursi ruang kedatangan. Saat terbangun, ada Whatsapp dari Uli, sesama peserta @tigadewaadventureindonesia. Kami bertemu untuk berkenalan, lalu kami melanjutkan tidur di tempat masing-masing. Bersyukurlah orang seperti kami yang bisa tidur di manapun hehehe.
Paginya kami pindah ke KFC, tempat berkumpul 14 orang, bertemu untuk menjadi saudara-saudari seperjuangan mendaki Gunung Latimojong. Ini kali pertama saya ikut kelompok yang pesertanya tidak saya kenal, beruntungnya teman-teman baru ini semuanya baik dan tidak sombong;
Bernard @b.pmngks, @drajadbn @hanif.rakhmat, trio siswa dari Ngawi, David @artboardsize dari Jakarta, dan Eva @josephaeveline dari Yogya, Odi @sholehudinayubie dari Jember, Oki @isyraqiramadhan23 dari Yogya, @antoirwansyah dari Bogor, @a.h.fahmi, @ulizainuddinsimbolon, dan Rahman @kijingdotcom dari Jakarta, dan saya dari Tangerang.
Personil @tigadewa ada @catur_ep dari Solo dan @rickyedelweis dari Makassar. Kemudian di Baraka bergabung @akramalfiandy.f, Rivaldo temannya Akram dan Pak Yasir yang membantu membawakan barang-barang keperluan tim.
Sulit mencari mobil jenis elf di Makassar, jadi kami menuju Baraka dengan mobil Kijang Krista diisi 10 orang, mobil Avanza diisi 6 orang (08:40 WITA).
Jalan raya mulus bebas macet, diselingi makan siang di rest area (jam 12), istirahat di pinggir jalan (jam 14), mampir di Gunung Nona (15:30), kemudian masuk daerah Enrekang (pukul 16). Durasi perjalanan selama 8 jam 35 menit kami tidak banyak mengobrol. Saya sibuk dengan tidur - bangun - tidur -- bangun. Pemandangan alam di kiri dan kanan jalan juga menghibur mata.
Di Wikipedia ada hal keren (menurut saya):
Baraka adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan ini dikenal sebagai pelopor kecamatan bebas rokok yang diawali oleh desa Bone-Bone yang telah lebih dahulu menerapkan kawasan bebas rokok dan diikuti oleh kecamatannya.
Tiba di basecamp rumah Kepala Desa Baraka (17:15 WITA), disediakan teh manis hangat dan kue kering. Jajan bakso supaya tidak lapar dan tetap sehat karena perjalanan masih panjang.
Lepas maghrib kami naik mobil truck menuju desa Karangan. Hanya sedikit jalan mulus saat masih di desa, setelah itu lebih banyak jalan bergelombang tipis sampai gelombang "hancur" yang mengguncang tubuh.
Pegangan terbatas, saya duduk beralas bungkusan kaos seragam di antara Hanif dan Odi. melorot terus karena plastik kreseknya licin. Mencoba tanpa alas, pantatnya jadi sakit juga, nikmatnya perjalanan.