Lihat ke Halaman Asli

Akankah Ada Bahagia untuk Esok

Diperbarui: 12 Juni 2024   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sore ini hujan kembali, sperti biasanya. Senada dengan rintik hujan, gelapnya awan, syahdunya kota kala itu senada dengan nuansa hati. Terbendungi rasa sepi, lelah, putus asa, dan ingin menyerah saja. Rasanya cukup lelah menanti kabar bahagia yang entah kapan akan datang. Waktu terus bergulir tapi resah tak kunjung usai, kini hati sudah berada dipuncaknya, lelah sungguh lelah. Katanya waktu adalah obat, tetapi setelah waktu berlalu sedih ini belum hilang, kemana perginya senyum itu? Kemana perginya tawa itu?

Setiap orang pasti merasakan fase terdatar dihidupnya, tidak merasa bahagia tapi juga tidak merasakan sakit yang luar biasa, sesekali sesak tapi tetap bernafas, hari-hari penuh tanya "kemana aku harus melangkah?", "apa yang seharusnya aku kerjakan?", "kenapa aku selalu stuck disitu-situ aja?", "bagaimana masa depanku?", "sebenarnya apa tujuanku?', dan "mengapa aku bisa begini?".

Fase itulah yang mengajarkan kita banyak hal. Tidak berharap lebih, tidak punya ekspetasi, mulai menerima jalan hidup yang harus dilalui, mengakui kehebatan orang lain, menyadari ketidakmampuan diri akan berbagai bidang. Sesekali sesak tak apa, asal kita tetap bernafas.

Fase itu tidaklah aneh, fase itu memang harus kita lalui, mungkin fase itu adalah jeda waktu yang diberi tuhan untuk kita berpikir lebih dalam tentang diri kita, mengenal lebih jauh bagaimana kita, apa yang kita suka, apa yang kita tidak suka, apa yang membuat kita tidak nyaman, apa yang membuat kita resah, apa yang membuat kita menyukai sesuatu, dan apa yang membuat kita membenci sesuatu. Nikmatilah fase itu, sebab fase itulah yang bisa mengarahkan langkah mana yang harus kita lakukan, jalan mana yang harus kita pilih, siapa saja yang harus kita percayai. Semuanya akan terukur di fase kita sedang diujung tanduk. Aneh ya, tapi begitulah kehidupan terlebih kita manusia bertuhan yang segala sesuatunya akan mengikuti rencana-Nya.

Teringat, orang bijak berkata "terus hadapilah jalan sulit itu, terkadang solusinya ada ketika berada di ujung jalan buntu". Seseorang yang bijak juga pernah berkata "terkadang kita harus melalui jalan yang sulit, agar tau solusi dari kesulitan itu bagaimana". Difase-fase sulit, kata-kata orang bijak sering lah menjadi motivasi, itu baik, tak apa, walaupun ketika kita berada di posisi yang sejahtera, kata-kata tersebut mungkin akan jadikan kita candaan. Manusia suka gitu, suka lupa kalau dirinya pernah dititik yang ujung.

Fase putus asa akan selalu ada dan akan terus kita hadapi, oleh karena itu ketika kita berada di titik itu, usahakan untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan, kepada Ia yang sanggup menyelesaikan itu. Mati, bukanlah solusi yang baik, justru mati dalam keadaan putus asa hanya akan menambah perasaan negatif dihati kita. Nikmati saja, semuanya, fokus pada apa yang sedang kamu kerjakan pasrahkan semuanya kepada Ia yang maha membolak-balikan takdir.

Tetaplah hidup, untuk bisa meromantisasi segala takdir yang Tuhan tentukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline