Lihat ke Halaman Asli

Remaja Tampubolon

Trainer, Public Speaker, Motivator

Gairah Setelah Wabah

Diperbarui: 2 April 2020   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi thebuzzmagazines.com

Nothing great was ever achieve without enthusiasm

Kita sepakat bahwa krisis pandemi ini akan berakhir.
Kapan? Kita berharap segera, bisa jadi april atau paling lambat mei 2020.

Titik terang itu semakin kuat, karena beberapa negara sudah menemukan vaksin yang mampu melawan Coronavirus. Uji lab terus dilakukan agar vaksin ini bisa sesuai dengan tubuh manusia tanpa efek sampung.

Dan kita percaya pemerintah kita pun berusaha gerak cepat untuk meredam ganasnya virus ini. Pemerintah berupaya melakukan yang terbaik, mulai dari revitalisasi wisma atlet menjadi Rumah Sakit Darurat, pembelian alat test massal (rapid test) untuk seluruh masyarakat, pemberlakukan PSSB (Pembatasan Sosial Skala Besar), Bantuan Sosial berupa keringanan angsuran bagi pekerja informal dan UMKM serta memberikan keringan biaya listrik bagi masyarakat. 

Memang, dari beberapa kebijakan yang dikeluarkan, tidak semua kebijakan itu sesuai dengan keinginan kita, ada kebijakan pemerintah yang mungkin kita tidak bisa terima, misalnya pelarangan mudik menjelang Idul Fitri.  Namun jika kita mau mengerti, bahwa tujuan kebijakan ini untuk segera memutus rantai penyebaran virus dan upaya menuntaskan virus ini dari bumi Indonesia agar kegiatan kita semua kembali normal, tentu kita akan paham dan tidak akan ngomel-ngomel.

Kita diminta bersabar dan berdiam diri dirumah, untuk pemerintah dan aparat medis bisa segera memutus penyebaran vaksin ini.

Wabah yang merepotkan ini telah memukul perekonomian global, bukan hanya Indonesia tetapi hampir disemua negara. Gelombang resesi ekonomi di depan mata. Sendi-sendi ekonomi lumpuh, aktivitas ekonomi seperti tersumbat dan berhenti. Tidak sedikit pengusaha yang harus menutup usahanya, dan mengurangi jumlah karyawan. Banyak para orangtua kehilangan mata pencahariannya dan kebingungan bagaimana memberi makan anaknya esok hari.

Jika kita lihat lebih dalam, bahwa dampak terbesar dari wabah ini bukan hanya sector ekonomi, tetap runtuhnya mental masyarakat. Banyak teman-teman yang mulai mengeluh, merasa masa depannya sudah habis, dan tidak tahu harus apa, bahkan beberapa tidak mampu untuk mencicil KPR nya bulan ini. 

Mental masyarakat juga dihujani oleh pemberitaan yang simpang siur. Masyarakat dalam 1 bulan terakhir ini disuguhkan dengan informasi bagaimana coronavirus ini berkembang pesat. Mulai dari pasien 01 sampai 1500an orang. Media berperan dalam menciptakan suasana mencekam, dan kepanikan.

Yang paling menyedihkan, pemberitaan tentang pasien positif yang wafat, media menggambarkan dengan jelas bagaimana jenasah dimakamkan, tanpa keluarga dan kerabat. Semua itu terekam di alam bawah sadar kita, dan menciptakan persepsi bahwa ketika seseorang dinyatakan positif corona, maka besar kemungkinan ia akan meninggal.

Itulah sebabnya dipodcast saya sebelumnya saya sampaikan bahwa penting sekali kita memilih berita dan informasi yang akan kita baca. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline