Lihat ke Halaman Asli

Aurelius RL Teluma

Suka mengunyah makna...

Gerbang Ayah

Diperbarui: 29 Oktober 2017   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Oleh: Relly Telum

Sebuah gapura batu dengan lengkungan di atasnya menyambut setiap orang yang hendak masuk ke desa kecil itu. Orang-orang menyebutnya dengan Gerbang Ayah. Walau tak ada tulisan berbunyi demikian di dindingnya maupun lengkungannya. Bahkan, tak ada tulisan sama sekali di seluruh bagiannya.

Gerbang Ayah tak diberi warna. Hanya sebuah bangunan batu berbentuk dua tiang di kiri dan kanan jalan desa. Polos. Tanpa hiasan apapun lagi.

Usia gerbang itu seusia hadirnya manusia pertama di desa tersebut. Walau hanya sebuah gapura polos, Gerbang Ayah dan desa kecil itu terkenal di seantero dunia. Bahkan saban hari, gerbang dan desa itu dikunjungi begitu banyak lelaki remaja, dewasa hingga yang tua dari penjuru bumi.

Konon, desa dan gapura ini didirikan oleh seorang pria yang paling berani sejagad ini untuk menandai, mengenang dan mengumumkan satu-satunya keberanian yang belum dia miliki yaitu keberanian untuk menjadi ayah. Katanya, "Aku telah melakukan segala hal tanpa rasa takut bahkan dengan keberanian yang tak perlu dilatih. Tetapi untuk menjadi seorang ayah, aku belum memiliki keberanian yang sesungguhnya. Maka aku harus menciptakannya sendiri, mengumumkan dan menandainya untuk semua pria sepanjang zaman!"

Setelah pria ini selesai membangun, ia berdiam di desa ini selama tujuh tahun sendirian. Pada akhir tahun ketujuh, ia meninggalkan desa ini dan melamar gadis pujaannya, menikahinya dan membawa gadis itu pergi dari rumahnya. Tidak pernah kembali lagi di desa dan gerbang hasil karyanya tersebut.

Yang tertinggal di desa itu hanyalah rumahnya yang tak pernah bisa roboh. Sebuah rumah dari aneka batu cadas terkuat dengan sebuah pintu depan dan sebuah pintu belakang.

Pada daun batu pintu depan tertulis kalimat dengan ukuran huruf yang cukup besar, "Menjadi lelaki adalah kodrat pemberian namun menjadi ayah adalah kodrat yang memilih keberanian."

Sementara di lembar pintu belakang terdapat tulisan yang cukup panjang "Tetaplah berdiri tegak di samping wanitamu yang mengatakan telah mengandung anakmu. Karena itulah cara paling agung menjadi ayah. Jika telah tiba di sini, janganlah ragu."

Yang memberi nama Gerbang Ayah pasti pernah memasuki rumah cadas ini...

*Jogja, 28 Oktober 2017
#CerminRellyTeluma




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline