Lihat ke Halaman Asli

Lutfi Divonis Bersalah, PKS Sebaiknya Mawas Diri

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq akhirnya dijatuhi vonis 16 tahun penjara. Ia juga didenda Rp 1 miliar karena terbukti melakukan tindak pidana korupsi dan pencucian uang dalam kasus impor daging sapi. (Informasi lengkap dasar hukum vonis hakim bisa dibaca di sini).

Balasan untuk perilaku koruptif Lutfi ternyata bukan hanya hukuman penjara, tetapi penyitaan sejumlah aset/barang, mulai dari mobil, rumah/bangunan, tanah, hingga uang tunai. Dilihat dari jumlah barang yang disita, tidak keliru kalau Lutfi dicap sebagai (mantan) presiden partai yang benar-benar maruk. (Silahkan baca di sini info barang yang disita).

Vonis ini tentu menjadi bukti (walaupun masih ada proses hukum lanjutan) bahwa Lutfi memang seorang koruptor. Lantas, apa reaksi petinggi PKS? Ketua DPP PKS Hidayat Nur Wahid menilai  ada ketidakadilan vonis kepda Lutfi, sebab hakim tidak mempertimbangkan fakta hukum yang menyebutkan Luthfi tidak terlibat.

Dengan yakin Hidayat menyatakan, "Apa pun, kami sayangkan bahwa di Hari Antikorupsi, publik ditampilkan suatu korupsi terhadap kebenaran dan keadilan," sebagaimana dikutip Kompas.com Selasa, 10/12/2013. (Baca versi lengkapnya di sini).

Reaksi ini mengingatkan saya pada pernyataan Hidayat ketika awal-awal kasus Lutfi ramai dibicarakan. Selang beberapa waktu pasca Lutfi ditangkap, Hidayat dengan pede-nya menegaskan, "Kalau di dalam negeri mungkin ada partai yang tidak ingin PKS jadi partai besar. Terkait dunia internasional, PKS yang suka membantu Palestina, mungkin juga kelompok Zionis." (Sumbernya di sini).

Anehnya, spekulasi tanpa fakta ini juga didukung oleh Anis Matta. Dalam pidato politik pertama setelah ditetapkan sebagai presiden baru PKS menggangitkan Lutfi, Anis Mata kembali menegaskan dugaan konspirasi itu. "Yang dihadapi PKS adalah sebuah konspirasi besar yang bertujuan menghancurkan partai ini," kata Anis kala itu. (Sumbernya di sini).

Dari deskripsi di atas, saya melihat, elite PKS rupanya masih belum bisa menerima kenyataan bahwa (mantan) presidennya adalah seorang koruptor kakap. Elite PKS mungkin masih belum sadar bahwa partainya sudah babak belur. Elektabilitas PKS sudah ambruk. Tingkat kepercayaan publik sudah sangat rendah. Sikap reaktif seperti yang ditunjukkan Hidayat akan semakin memperburuk reputasi PKS.

Kalau mau elegan, elite PKS sebaiknya perlu mawas diri. Tidak perlu mengeluarkan pernyataan “yang asbun.” Biarkan hukum yang berbicara dan menentukan nasib Lutfi, dan nasib elite PKS yang akan menyusul Lutfi diproses oleh KPK. Kalau mau melawan vonis hakim, ya lawan dengan pisau hukum juga, bukan dengan komentar murahan yang kontraproduktif.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline