Lihat ke Halaman Asli

Eraser Challenge, Lukai Diri Demi Gengsi

Diperbarui: 22 Maret 2017   11:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.manado.tribunnews.com

Tantangan. Challenge. Pasti sebagian besar dari kita sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Ditambah kekuatan media sosial yang membuat kata challenge semakin familiar di telinga. Akhir tahun 2016 muncul Mahmud Challenge, dimana pesertanya memasang foto sebelum dan sesudah make up. Kemudian muncul Mannequin Challenge yang dilakukan dengan aksi freeze (diam) seperti patung sementara kameranya berputar tak menentu. Menarik. Tapi jangan salah, ada juga challenge konyol yang muncul beberapa waktu belakangan. Ini benar-benar menggelitik akal sehat saya.

Belum lama ini muncul Skip Challenge atau di luar negeri dikenal dengan Pass Out Challenge, dimana seseorang menekan dada temannya yang sedang berdiri menahan nafas. Efeknya, aliran oksigen ke otak dipaksa berhenti dan terputus sementara, sehingga si pelaku jatuh pingsan sesaat. Begitu sadar, ia akan mengalami sensasi yang luar biasa, katanya. Sejak kecil saya sering melakukan ini ke bapak saya. Bedanya, saya menekan punggungnya, dan beliau tengkurap. Menyehatkan, saya pun dapat uang jajan. Win-win solution, bukan?

Fenomena Skip Challenge belum reda, muncul lagi kekonyolan lain yang bernama Eraser Challenge. Apa itu? Eraser Challenge merupakan tantangan dimana seseorang menggosokkan penghapus karet ke bagian tubuhnya (biasanya di tangan) hingga menimbulkan luka. Semakin parah lukanya, akan terlihat semakin keren. Entah “keren” macam apa yang mereka maksud.

Ini berbahaya, karena luka yang menganga dan dibiarkan terbuka dapat menimbulkan banyak penyakit. Tidak sampai di situ, bahkan ada yang sampai koma karena bakteri masuk melalui lukanya. Potensi terburuknya jelas kematian. Aksi ini biasanya dilakukan oleh anak-anak kecil. Untungnya belum ramai kasusnya di Indonesia. Semoga.

Perkembangan jaman memang sulit dibendung, yang sayangnya seringkali tidak diiringi dengan perkembangan pola pikir manusianya. Saya kuatir, anak remaja saat ini banyak yang pertumbuhan fisiknya meningkat, tapi mentalnya masih prematur. Coba ditelaah lebih dalam. Apa yang kalian cari? Apa manfaatnya melukai diri sendiri? Demi gengsi? Ya ampun, biaya pemakaman lebih mahal dibandingkan gengsi kalian!

Untuk dedek-dedek yang menggemaskan, sebaiknya tinggikan prestasi, jangan pernah memainkan tantangan ini. Saran saya, carilah permainan yang lebih kreatif dan membangun karakter. Permainan jaman dulu seperti kelereng, egrang dan gobak sodor itu jauh lebih bermanfaat menurut saya. Tidak menarik? Coba kegiatan lain seperti bermain musik, menulis, menggambar atau memasak. Siapa tau bisa menemukan passion disitu. Atau kembangkan ilmu kalian dengan banyak membaca RPUL dan RPAL. Masih tidak menarik? Daripada menggosok tangan dengan penghapus, lebih baik bantu Ibu menggosok pakaian dengan setrika sana! Siapa tahu dapat uang jajan. Salam!

Oleh: Religius Perdana Purba

www.begadanger.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline