Lihat ke Halaman Asli

Sebut Saja Dengan Namamu dan Namaku

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap kali mendengarkan panggilan presenter berita di semua stasiun TV kepada rekannya untuk memberikan laporan atau ulasan, mereka hampir dapat dipastikan menyebutkan nama teman kerjanya dengan tanpa menambah embel-embel yang menunjukkan status, usia, gelar, dan sebagainya.  Sudah terbiasa bagi kita seorang presenter berita memanggil, menyebut nama langsung.  Seperti : "Tina Talissa akan melaporkannya, untuk anda" (TvOne), "Tommy Cokro akan menyampaikannya setelah headline news jam 06.000 wib" (MetroTv), "Dari studio 2 rekan kami Aiman Wicaksono akan melaporkan" (RCTI).

Pemanggilan nama langsung adalah hal yang tidak terbiasa didalam bahasa komunikasi kita.  Biasanya pemanggilan nama seseorang didahului dengan sapaan 'hormat' seperti Pak, Ibu, Mas, Mbak, Bang, Adik, Tante , dan sebagainya.  Atau juga dengan memberikan gelar tertentu akademik Ir. Anu, Dr. Inilah, Si Dia, MBA, Si Anu, SH, Dra. Ayu, Prof. Ganteng, Guru Pintar, atau semacamnya.  Atau juga dengan kandungan keagamaan seseorang, Ustadz Alim, H/Hj Itu Dia, Romo Istimewa, dan lain-lain.  Presenter televisi tidak seperti itu.  Meskipun demikian tampaknya 'kebiasaan' pemanggilan nama diantara presenter televisi itu tidak pernah digugat atau dijadikan polemik, sudah lumrah dan tampak akrab.

Bagaimana dengan kompasioner ? Menilik postingan komentar yang masuk  hampir sebagian besar menggunakan penyebutan nama yang didahului dengan hal-hal tadi.  Mungkin untuk penghormatan, mungkin juga untuk takut dicap 'tidak sopan' jika menghilangkannya, atau hanya ikut kebiasaaan.  Padahal isi dari cerita, topik, ide, kisah, komentar yang ditampilkan, menurut saya setidaknya, lebih penting dari 'SIAPA' yang menampilkannya.  Saya menawarkan kepada kompasioner untuk menyebutkan nama panggilan singkat dengan nama kita saja.  Selain untuk menyingkat kalimat/kata, penghilangan tambahan panggilan ini dapat menghilangkan hambatan psikologis hubungan antar kompasioner atau pembaca (karena umur, jabatan, gelar, atau lainnya), mendekatkan kesetaraan jender, atau anda akan menunjukkannya lebih banyak lagi.

Pada saat kita membaca tulisan kompasioner sejujurnya kita tidak terlalu memperhatikan apakah penulisnya lebih muda/tua, punya jabatan/tidak, pria/wanita, dewasa/anak-anak.  Kita membaca tulisan seseorang di kompasiana karena melihat Judul/HL, dengan harapan dapat  mengambil manfaat akan isi dari tulisan itu.  Sedangkan siapa penulisnya (apalagi di dunia maya ini belum tentu nama yang terpasang, foto yang terpampang merupakan asli dari identitas sang empunya) mugnkin akan jadi pertimbangan terakhir.

Oleh karena itu dengan rendah hati saya bersedia dipanggil dengan nama saja, rekso atau sebutan potongan nama yang menurut anda cocok dan pantas.  Tanpa embel-embel mas, pak, kak, dik.  Dan saya akan mencoba memanggil rekan kompasioner lain dengan langsung menyebut nama anda.  Untuk kegiatan yang belum biasa ini ijinkan saya mohon maaf.  Jangan khawatir penyebutan nama langsung ini tidak akan menghilangkan rasa hormat saya pada anda atau mengurangi kehormatan anda.  Kehormatan kita tidak  semata-mata dipengaruhi oleh bagaimana mereka menyebut nama, tetapi apa yang kita sampaikan dan lakukan.  Bagaimana ??

Salam hormat..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline