Batubara yang hanyut terbawa aliran sungai serut ke bibir pantai pasar Bengkulu menjadi berkah tersendiri oleh masyarakat yang menjadi penambang yang bisa mendapatkan omset mencapai Rp. 200.000 per harinya. Batu bara yang hanyut dari hulu sungai serut tersebut terjadi akibat dari kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan yang berada di hulu sungai.
Hanyutnya Batubara ini disebabkan karna adanya pembuangan air limbah batu bara dan tergerusnya tumpukan Batubara karena hujan deras, limbah ini memenuhi aliran sungai serut dan bermuara ke pantai pasar bengkulu. Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bengkulu Arifin Daud menyatakan air Sungai Bengkulu positif tercemar logam berat, mangan, dan serum. Arifin juga menyatakan golongan kelas air Sungai Bengkulu turun menjadi golongan kelas III dari sebelumnya golongan kelas I. "Pareke dan Aprizon Putra (2014)"
Air yang mengalir di sungai Bengkulu merupakan sumber utama bahan baku PDAM PT Tirta Dharma di Kota Bengkulu. Kondisi tersebut diperkirakan akan semakin memburuk dan akan semakin mempersulit PDAM untuk meningkatkan kualitas air yang sudah terkontaminasi limbah batu bara tersebut. Jika dibiarkan dan tanpa adanya campur tangan dari pemerintah, hal ini akan sangat membahayakan masyarakat Bengkulu dan tentu membahayakan ekosistem perikanan. kita hanya bisa menunggu adanya tanggapan berlanjut tindakan dari pemerintah.
Untuk sekarang hanya ada para penambang liar di bibir pantai pasar bengkulu yang langsung turun tangan untuk membersihkan limbah ini, dengan cara menjaring limbah tersebut. Batubara yang terkumpul di bisa di jual dan juga membersihkan bibir pantai yang tampak menghitam akibat limbah ini. Para penambang liar menjadi salah satu penyelamat dalam ekosistem yang ada di pantai pasar bengkulu. Tapi bukanlah hal ini yang kita harapkan, patutnya pemerintah mulai memikirkan apa jalan keluar untuk sejumlah perusahaan yang mengorek emas hitam ini. Supaya tidak terjadi pencemaran yang merugikan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H