Akhirnya, hari ini (2/9) saya menumpangi juga gerbong kereta khusus wanita, di pagi hari sekitar jam 9, kereta tujuan Jakarta-Kota. Saya naik dari stasiun Pasar Minggu sampai stasiun Tebet, dengan jarak tempuh yang lumayan singkat tetapi saya mencoba memperhatikan apa saja yang ada di dalam gerbong dan diluar gerbong. Di setiap stasiun, lantai tempat menunggu kereta tertulis "tempat menunggu gerbong khusus wanita". Seperti yang diketahui di berita-berita, gerbong khusus wanita memang hanya disediakan di gerbong pertama dan gerbong terakhir. Penjaga gerbongnya pun wanita juga, walaupun masih ada juga yang pria, untuk membantu mengarahkan penumpang umum yang bukan wanita agar tidak masuk ke dalam gerbong tersebut. [caption id="" align="alignleft" width="346" caption="di dalam gerbong khusus wanita (dok. pribadi)"][/caption]
Sejauh ini saya perhatikan cukup baik, para wanita dapat dengan leluasa berdiri dan duduk dengan nyaman dan aman. Di dalam gerbong tertera peraturan-peraturan khusus yang di buat, yaitu laki-laki dilarang masuk, anak laki-laki sekalipun, hanya boleh wanita baik anak maupun dewasa. Pasangan laki-laki dan wanita tidak boleh masuk ke dalam gerbong itu kecuali kalau mereka mau berpisah untuk sementara. Dilarang membawa senjata tajam serta diutamakan lansia dan wanita hamil yang diberikan tempat duduk. Walaupun tetap berdesak-desakan, tetapi para wanita lebih teratur dalam menentukan posisi berdiri mereka. Setiap kelebihan pasti ada kekurangannya. Menurut saya, ada segelintir hal yang harus di benahi lagi oleh pemerintah pada umumnya dan perusahaan kereta api khususnya. Pertama, sosialisasi mengenai gerbong khusus wanita harus lebih di gencarkan lagi, karena saya hitung masih lumayan banyak kaum adam yang mencoba menyusup masuk ke dalam gerbong khusus itu, baik sengaja dan tidak di sengaja. Meskipun sudah di jaga oleh penjaga kereta, terkadang masih saja orang-orang tersebut tidak mau diatur. Adapula orang-orang di luar sana juga banyak yang tidak mengetahui gerbong khusus wanita disediakan untuk kereta kelas apa dan kemana saja. Kedua, masalah gerbong yang diberikan khusus adalah gerbong pertama dan gerbong terakhir. Biasanya, gerbong pertama dan gerbong terakhir sangat rawan apabila ada kecelakaan atau tabrakan kereta. Kenapa pemerintah tidak memberikan gerbong khusus wanita tersebut di tengah-tengah? Mungkin mereka berpikir agar mudah untuk diketahui, bahwa gerbong depan dan belakang tidak boleh ada laki-laki. Di sisi lain, mungkin apabila ada bahaya keselamatan wanita agak terancam. Ketiga, yang masih agak mengganjal, kenapa gerbong khusus wanita hanya ada pada kereta sekelas ekonomi AC dan ekspress? Padahal, menurut data Perum KAI, wanita yang mengalami pelecehan dan pencurian terbanyak adalah mereka yang berada di dalam gerbong ekonomi biasa. Keadaan di kereta kelas ekonomi pun juga tidak kondusif dan dari tahun ke tahun kereta ekonomi benar-benar tidak berperikemanusiaan karena segala wujud dan rupa manusia jadi satu berdesak-desakkan di dalam gerbong tersebut. Bahkan sampai ada yang naik di atas atap gerbong dan tidak sedikit yang meregang nyawa di atas atap itu. Semoga saja pemerintah yang membawahi Perum KAI dapat mengantisipasi dan membenahi gerbong khusus wanita dengan benar. Jangan hanya euphoria sesaat dan dijalankan hanya dalam kurun waktu beberapa bulan kemudian menghilang lagi. Jadi, tidak hanya para wanita yang menumpangi kereta kelas ekonomi AC dan ekspress saja yang mendapatkan kenyamanan, melainkan wanita-wanita yang menumpangi kereta kelas ekonomi juga diperhatikan keamanan serta kenyamanannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H