Niat shalat mempunyai peran penting dalam menjadikan ibadah tersebut sah dan diterima Allah. Niat yang benar karena Allah mencerminkan kesungguhan hati dan keikhlasan seorang muslim dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Niat shalat yang murni karena Allah juga mengandung makna spiritual yang mendalam. Selain itu seseorang yang meluruskan niat dalam ibadah shalat, tentu akan menyadari bahwa ibadah shalat bukanlah sekedar rutinitas harian.
Dalam kajian yang disampaikan oleh ustadz Dr. Syakir Jamaluddin, M.A. dikatakan bahwa shalat merupakan media untuk beribadah secara khusus kepada Allah. Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan dan diaqidahkan untuk manusia hanya kepada Allah SWT. Adapun ibadah ini meliputi kegiatan untuk menyembah dan mengingat Tuhan.
Lantas apa hubungan shalat dan aplikasinya dalam kehidupan bersosial dengan sesama manusia? Dalam kajian pengajian rutin bulanan Yayasan Mitra Masyarakat Madani (YM3) kali ini, Ustadz Syakir membawa tema "Sudah Benarkah Shalat Kita"
Dengan meluruskan niat, seseorang muslim dalam menjalankan shalat harusnya bisa merasakan suatu bentuk hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya, yang disebut habluminallah.
Shalat sebagai ibadah khusus kepada Sang Khaliq jika dilakukan dengan benar, bahkan sejak dari niatnya, pasti akan membawa dampak signifikan dalam hubungan sosial antar sesama manusia atau habluminannas.
Ustadz Syakir menyampaikan, bila ada orang yang rajin shalat atau ngaji sampai kemana-mana, namun masih belum bisa menjaga lisannya, kadang berbicara atau sikapnya sering menyakiti orang lain atau tetangga, harus dievaluasi bagaimana dengan shalatnya.
Disampaikan juga tentang hadist "Sesungguhnya sebaik-baik dari kalian adalah yang paling mulia akhlaknya." (HR Bukhari Muslim).
Dalam kehidupan dengan sesama manusia, terlebih kepada saudara seiman, harusnya kepeduliaan seorang muslim selalu tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat terjadi perang atau tragedi kemanusiaan dengan saudara kita di Palestina.
Rasa peduli bukan semata-mata karena seiman, namun panggilan hati kemanusiaan. Misalnya ketika seseorang yang tergugah menyaksikan kedzoliman dan kekejaman yang terjadi pada anak-anak maupun para wanita atas kekejaman dan kebrutalan Israel.