Tanpa terasa Ramadhan telah sebulan membersamai kita. Ramadhan dengan segala pernak-pernik dan maraknya kegiiatan ibadah telah menyiram kalbu umat muslim. Tentunya sebagai hamba yang beriman menyambut semua kegiatan ibadah di bulan Ramadhan dengan gembira. Mungkin tdak semua orang mempersiapkan diri dan hati untuk menyambutnya. Namun banyak pula yang begitu menanti hadirnya. Mempersiapkan segenap hatinya. Dan merasa kehilangan dan sedih dengan ditinggalkan sang Ramadhan.
Kini setelah Ramadhan berlalu, saatnya umat muslim merayakan hari raya Iedul Fitri. Hari raya yang begitu meriah dengan segala kegiatan yang mengikutinya. Dari kegiatan bayar zakat, shalat Ied dilanjutkan sungkeman. Sungkeman atau acara salam-salaman sebagai bentuk rasa saling memaafkan menjadi tradisi di acara Syawalan.
Tradisi Syawalan adalah sebuah tradisi keagamaan yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam yang ada di Indonesia. Syawalan sebagaimana namanya dilaksanakan di bulan Syawal, yaitu bulan kedua dalam kalender Islam setelah bulan Ramadhan. Tradisi Syawalan dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan kemenangan atas diri kita dalam menjalani ibadah selama bulan Ramadhan.
Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan dalam tradisi Syawalan adalah saling berkunjung ke rumah keluarga, kerabat, tetangga, teman ataupun handai taulan. Ini menjadi ajang silaturahmi dan saling memaafkan. Uniknya tidak sedikit yang menjadikan kegiatan Syawalan ini sebagai ajang untuk berbagi. Tak jarang acara mempersiapkan uang untuk saling berbagi atau berbagi ampo menghiasi acara Syawalan.
Begitupun acara syawalan di keluarga besar kami. Kami keluarga besar Trah Bapak Suratmun dan Ibu Musri. Setiap tahun kita berusaha menjalin silaturahmi untuk momen berkumpul bersama. Biasanya kita mengadakan secara rolling atau bergantian di rumah masing-masing anggota keluarga. Misal Syawalan 4 tahun lalu dimulai di rumah kakak nomer 1 di Gedungbatu Semarang. Syawalan berikutnya di rumah kakak di Tembalang Semarang. Dilanjut Syawalan berikutnya di rumah kakak di Genuk Bangetayu Semarang.
Kali ini kita merayakan Syawalan tahun 1444 Hijriyah. Seperti biasa kita sudah merencanakan acara Syawalan akan diadakan di rumah siapa. Dan kali ini kita akan berkumpul dan silaturahmi untuk Syawalan di Yogyakarta. Kali ini semua keluarga kakak, adik, pakdhe, budhe, om, tante, keponakan dan cucu-cucu kumpul bersama menikmati silaturahim. Tahun ini kita Syawalan di rumah Pak Edy Suryanto di Yogyakarta.
Persiapan dari segenap keluarga sudah jauh hari dirancang. Dari pendataan anggota keluarga yang berangkat ke Yogyakarta sampai dengan transportasinya. Tak ketinggalan menu makan bareng di sini. Intinya kita cuma ingin menikmati kumpul, cerita-cerita, makan-makan dan bahagia bersama. Dan yang pasti bagi-bagi ampo untuk anak-anak. Biar anak-anak menikmati indahnya silaturahmi dan bahagia dapat bonus uang lebaran.
Tak terasa usai bercengkerama, makan bareng, dan berbagi cerita, tibalah acara sungkeman. Sudah menjadi tradisi sejak bapak ibu kita dulu. Kita sungkem untuk mohon maaf pada yang lebih tua. Kalo masih ada bapak ibu, biasanya kita siapkan kursi untuk duduk orang tua kita. Kemudian anak-anak semua antri dari kakak yang tertua menyusul urutan kakak adik berikutnya. Makanya tidak heran bila barisannya mengular panjang seperti kereta api. Maklum ayah ibu memang keluarga besar dengan delapan anak, cucu dan cicit.