Lihat ke Halaman Asli

Sepatu

Diperbarui: 31 Agustus 2017   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah sepatu, dengan begitu banyak kenangan bersama, akupun di taruh di sebuah etalase, di pajang di sebuah ruangan keluarga. Awan dan lakeisha selalu tersenyum ketika melihatku, seolah ada kebahagiaan yang bisa ku bagikan kepada mereka dan itu membuatku turut bahagia.

Hari itu aku melihat, Awan meninggalkan Lakeisha. Lekisha tampak hancur berkeping-keping, awan bilang ia tidak dapat hidup bersama dengan lakeisha. Ia tidak bisa tinggal bersama orang tua lakeisha. Mungkin tidak semuanya salah awan. Mungkin lakeisha memang tidak dapat membahagiakan awan, menjadi sesempurna yang awan harapkan, harapan dari seorang laki-laki terhadap seorang wanita.

Sudah bulan ketujuh sejak mereka berpisah. Kabar terakhir awan sudah memiliki pasangan baru tak lama sejak ia berpisah dengan lakeisha. Awan mungkin sudah bahagia kini, entahlah dia berada dimana, hingga kini aku tak pernah melihatnya lagi di ruangan ini.

Lakeisha telah melewati fase-fase kesedihannya. Ia kini sering kali tersenyum, pernah suatu malam menuju pagi, kulihat lakeisha bangun dan berdoa, sambil tersenyum ia meminta pengampunan pada Awan, mendoakannya bahagia disana. Mungkin lakeisha hanya rindu, itu saja.

Hari ini lakeisha pindah kerumah baru dengan membawa orang tuanya. Kemudian lakeisha menghampiriku, ia memandangku lama, ia tersenyum, namun ada raut getir ketabahan yang ia sembunyikan. Ia kemudian mengeluarkan ku dari etalase, aku pikir aku akan di pakai lagi, menapaki langkah-langkah baru dalam kehidupannya. Kali ini hati ku yang hancur, lakeisha memberikanku kepada seorang remaja perempuan di depan rumah. Nampaknya lakeisha tidak ingin melihatku lagi, mungkin karna kenangan yang ku bawa.

Aku terdiam berhari-hari di rak sepatu, berdampingan dengan sepatu lainnya. Namun minggu sore kala itu, aku di pakai Sherly menaiki skate nya menuju taman, aku membenci sherly karna dia tidak memakai kaos kaki, hal itu sedikit membuatku risih. Tapi lama-kelamaan bersamanya aku bahagia, ia tampak bahagia ketika mengenakanku. 

Hari ini aku memahami, ada hal yang memang sempurna pada diri orang lain yang membuat seseorang meningalkan pasangannya. Seperti Awan yang meninggalkan lakeisha dan memilih wanita yang lebih sempurna. Mungkin akan menyedihkan bagi lakeisha, tapi awan juga memiliki hidup yang harus dijalani, dan itu yang membuat lakeisha mengikhlaskan awan pergi.

Tapi benarkah kesempurnaan adalah hal terpenting di dunia ini ?  Karna dulu aku di letakan di ruang keluarga, aku pernah menyaksikan sebuah film, ada hal yang menarik yang dikatakan pemeran film, "Ujung dari kesempurnaan adalah tidak dikenali".
Jika memang ujung dari kesempurnaan adalah sesuatu yang tidak dikenali, lalu itukah yang dicari awan, menghabiskan waktunya untuk hal yang tidak pernah ia kenali ujungnya.

Biarlah awan dan lakeisha, kini aku telah bahagia bersama sherly, memang aku tidak dipajang lagi disebuah etalase, aku terkena lumpur dan debu kini, setidaknya ku temukan bahagia dari rasa syukurku. Karna akar dari kebahagiaan adalah rasa syukur yang tidak pernah habis.

Sepatu, akhir agustus 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline