Teknologi terus berkembang, memaksa individu untuk mau tidak mau bergerak mengikuti perkembangan zaman. Dengan teknologi yang terus berkembang, penggunaan media sosial telah menjadi cara umum bagi masyarakat untuk mengamati kehidupan sehari-hari. Kemajuan terbaru dalam teknologi web berbasis internet adalah media sosial, yang pada dasarnya memudahkan setiap orang untuk bergabung, berinteraksi, dan membuat jaringan online. Media sosial kemudian menggunakan basis penggunanya untuk menghasilkan kontennya sendiri. Bahasa adalah sarana untuk mengekspresikan diri atau perasaan seseorang. Bahasa adalah saluran niat seseorang serta alat komunikasi, yang menumbuhkan perasaan dan memungkinkan kolaborasi. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk integrasi dan adaptasi sosial di samping fungsi-fungsi tersebut di atas. Seseorang akan memilih bahasa yang mereka gunakan ketika menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial berdasarkan keadaan dan tantangan yang mereka alami. Bahasa juga berfungsi sebagai alat kontrol sosial. yang berdampak pada sikap, tingkah laku, dan tutur kata seseorang. Baik diri sendiri maupun masyarakat tunduk pada kontrol sosial.
Penggunaan bahasa remaja sangat dipengaruhi oleh bahasa yang mereka jumpai di media sosial. Remaja yang sering menggunakan media sosial adalah target audiens dalam situasi ini. Media sosial digunakan sebagai wadah atau wadah komunikasi dengan pengguna tersebut. Bahasa gaul, bahasa alay, dan kata lainnya termasuk bahasa yang digunakan remaja. Remaja dipengaruhi oleh bahasa yang disebutkan di atas dengan cara yang positif dan berbahaya. Gaya hidup generasi Z banyak berhubungan dengan media sosial sebagai moda komunikasi. Mereka mungkin menggunakan media sosial selama berjam-jam setiap hari. Istilah "Generasi Z", terkadang dikenal sebagai "Gen Z" atau "centennials", adalah generasi yang mengikuti generasi milenial, atau generasi Y, dan lahir antara tahun 1996 hingga 2010. Generasi Z tumbuh dengan internet dan media sosial; beberapa anggota generasi ini telah menyelesaikan gelar sarjana mereka; mereka sekarang bergabung dengan angkatan kerja pada tahun 2020.
Generasi Z mulai melakukan kesalahan media sosial, seperti mengarah pada pendapat ini, akibat tidak bisa mengatur bagaimana memanfaatkan media sosial dengan benar. Sebelum meninggalkan komentar di postingan media sosial, mayoritas remaja mungkin mengungkapkan idenya sendiri di berbagai platform sebelum berusia 13 tahun. Karena masih anak-anak, mereka tidak bisa mengomentari postingan seseorang dengan baik. banyak pihak yang memanfaatkan media sosial dan mengamati komentar tersebut mungkin memiliki reaksi positif dan negatif terhadapnya, Karena potensi pendapat yang tak terhitung jumlahnya dan potensi munculnya pendapat yang bertentangan setiap saat. Dapat diambil sejumlah tindakan untuk mencegah dampak tersebut meningkat, termasuk: orang tua harus membatasi penggunaan media sosial oleh anak-anak mereka, menawarkan ponsel yang sesuai dengan usia, dan mengedukasi mereka tentang etika media sosial.
Karena begitu banyak ungkapan slang yang sekarang digunakan, generasi Z juga paling banyak menggunakan ucapan tidak sopan. Mereka sering menggunakan bahasa kasar dalam interaksi sehari-hari, dan ini semua berawal ketika mereka melihat dan membacanya di media sosial. Banyak anggota generasi penerus akan menggunakan bahasa yang tidak menyenangkan di media sosial jika kita terlalu muda dan tidak mampu mengendalikan diri, yang dapat berdampak negatif pada bahasa sehari-hari mereka serta cara mereka berinteraksi dengan orang lain seusia mereka. Tidak dipungkiri, pertumbuhan media sosial berdampak pada perkembangan bahasa Indonesia. Tampaknya menantang untuk berkomunikasi dengan setiap orang yang berbicara bahasa daerah yang berbeda dan berbagai budaya nasional menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia.
Media sosial dapat menghubungkan satu orang dengan orang lain. jika kita memanfaatkan media sosial dengan baik. Namun, jika kita tidak dapat memanfaatkan media sosial secara efektif, maka media sosiallah yang mengeksploitasi kita baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga menimbulkan masalah seperti kecanduan media sosial, kesulitan berinteraksi dengan orang lain di dunia nyata, dan lain sebagainya. Penggunaan media sosial di kalangan Gen Z berdampak pada kesehatan mental. Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mungkin menjadi tantangan tersendiri bagi pengguna karena efek negatif dari penggunaan bahasa gaul. Pelarangan di sekolah-sekolah merupakan salah satu langkah yang dilakukan dan salah satu sarana formal pembudayaan bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa seperti itu berdampak pada remaja, baik positif maupun negatif. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa yang baik dan benar harus benar-benar diterapkan sejak dini.
Referensi
Ainah, Dkk. (2021). Dampak Media Sosial Dalam Berbahasa Terhadap Perilaku Keberagamaan Generasi Z. Jurnal Religion: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, Volume 1, Nomor 1.
Ira Maullin Octorina, Dewi Karwinati, Eli Syarifah Aeni. (2018). Pengaruh Bahasa Di Media Sosial Bagi Kalangan Remaja. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Volume 1 Nomor 5.
Happy Novita Sari -- Prodi Akuntansi S1-Universitas Pamulang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H