Sejak terpilihnya Pak Joko Widodo(Jokowi) sebagai Presiden Republik Indonesia, yang dimulai pada 2014, tahun lalu, jutaan rakyat di Negeri ini mulai menaruh harapan demi harapan kepada beliau. Mereka berharap adanya perbaikan dan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh anak-anak bangsa di berbagai daerah Nusantara, salah satunya adalah persoalan kabut asap yang senantiasa terus menerus terjadi dan berulang setiap tahunnya.
Seorang penulis dan kontributor di situs WWF Indonesia, Diah Sulistiowati pernah mengungkapkan fakta mengenai sejarah kebakaran hutan di Indonesia. Sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sampai hari ini tercatat puluhan bahkan mencapai jutaan hektar lahan hutan yang sudah hangus karena peristiwa kebakaran. Para Menteri secara berkala telah berganti, termasuk juga Presiden di Republik ini tetapi pekerjaan rumah menyelesaikan kasus kebakaran ini tidak akan pernah berhenti hingga detik ini.
Masalah kabut asap memang tidak luput dari perhatian bapak Presiden, Pak Jokowi. Setelah dilantik sebagai Presiden, Pak Jokowi segera melakukan aksi blusukan ke berbagai daerah di tanah air yang terkena dampak dari kebakaran hutan. Hal ini tentulah menyenangkan hati rakyat, termasuk hati seorang Abdul Manan, warga Riau yang sempat menuliskan petisi menyuarakan bencana kabut asap di Riau dan mengharapkan kedatangan Jokowi ke kampungnya di Desa Sungai Tohor, kabupaten Kepulauan Meranti. Kunjungan kerja yang dilakukan pada akhir bulan November 2014 tersebut diungkapkan Manan sebagai aksi nyata seorang Presiden yang bersungguh-sungguh mengambil langkah nyata menghentikan kebakaran hutan dan lahan gambut di Riau.
Tidak berhenti sampai disitu, di awal bulan Januari tahun 2015, kunjungan yang sama juga dilakukan Pak Jokowi, di tiga daerah perbatasan Kalimantan Barat yakni Desa Temajok, Kabupaten Sambas, Entikong Kabupaten Sanggau dan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu. Pak Jokowi sudah memberikan target kabut asap harus berkurang di tahun 2015 ini, dan sebuah penghargaan besar telah menanti untuk setiap penanggung jawab, mulai dari jajaran menteri hingga pemerintah daerah jika berhasil melaksanakan tugas ini dengan baik. Empat daerah ini menjadi sorotan tajam Pak Presiden : Jambi, Sumatera Selatan, Riau dan Kalimantan Barat.
Dua kunjungan daerah di atas sengaja kembali diceritakan hanya untuk mengingatkan kita akan komitmen yang kuat dan keseriusan pemerintah menyelesaikan pekerjaan rumah ini. Abdul Manan boleh bergembira ketika Presiden mengunjungi kampungnya, bahkan lebih dari itu, lewat empat bulan setelah kunjungan Pak Jokowi, tiga belas sekat kanal lengkap telah dibangun oleh warga sebagai upaya untuk menjaga lahan gambut tetap basah khususnya di musim kemarau. Namun, perasaan yang bahagia ini hendaknya juga bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat, tidak hanya warga desa Sungai Tohor, karena kebakaran hutan di tempat yang lain, di berbagai propinsi masih saja terus terjadi.
Kabut asap itu, sudah datang lagi. Membaca kabar dan mengalami sendiri kondisi ini bukan hal yang menyenangkan. Pagi hari ini, Pulau Sumatra hampir secara keseluruhan kembali ditutupi kabut asap, dari provinsi paling ujung selatan hingga ke provinsi Aceh di ujung utara telah dipastikan menerima kiriman asap akibat kebakaran hutan yang sedang terjadi di pulau ini juga, tiga ratus lebih titik-titik api muncul pagi ini. Lantas, apa reaksi masyarakat? Ada yang karena sudah merasa terbiasa akhirnya mengambil sikap cuek dan masa bodoh, ada yang benar-benar terkena dampak kabut, khususnya anak-anak yang masih kecil dan kaum lansia menjadi korban serangan gangguan pernafasan, mereka harus segera dilarikan ke tempat pengobatan untuk memperoleh pertolongan medis. Ada yang mulai jengkel, kesal dan duduk diam meratap nasib, ada yang mulai menyuarakan pendapat, turun ke jalan, beraksi menggugat pihak-pihak yang bertanggung jawab.
Bersabarlah kawan dengan peristiwa ini, kita memang sepakat kabut ini bukan bencana alam semata-mata, ini adalah ulah dari tangan-tangan rakus dan tamak, yang menghendaki kekayaan dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya mengorbankan ekosistem lingkungan ciptaan sang Ilahi. Bersabarlah kawan, Pak Jokowi masih terus bekerja sampai sekarang menyelesaikan pekerjaan rumah ini, berikan kesempatan bagi beliau, para menteri serta pihak-pihak terkait untuk segera menuntaskan dan segera menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap kerusakan hutan ke kursi pengadilan.
Bersabarlah kawan, sebagai warga biasa yang panik dengan kualitas udara yang sudah dalam kategori berbahaya, kita masih diberi kesempatan untuk melatih kesabaran. Jangan menyerah dengan ujian ini dan jangan bersikap masa bodoh dengan lingkungan sekitar. Dalam keadaan buruk seperti saat ini, setidak-tidaknya hal-hal sederhana ini masih bisa kita lakukan :
Menggunakan masker pelindung apabila hendak melakukan aktivitas di luar ruangan. Hal ini juga melatih kesabaran kita, saat indera penciuman dan mulut kita harus terbungkus oleh sehelai kain, terikat, cukup menjengkelkan dan mengurangi postur penampilan saat hendak bepergian.
Mengurangi aktivitas di luar ruangan. Saat ini waktu tepat melatih kesabaran kita untuk tetap berada di dalam ruangan, khususnya bersama-sama dengan anggota keluarga tercinta, berbagi suka dan cerita dengan anak-anak yang diliburkan dari kegiatan sekolah.